Penelitian para ahli sejarah menemukan buku berbahasa Akadia di perpustakaan Asiria, yang menyinggung masalah Banjir Nuh (Banjir Bah). Pada buku tersebut diceritakan, Enlil, raja para dewata, menjadi kesal karena suara manusia yang gaduh dan mengganggu tidurnya, akhirnya Enlil berusaha meyakinkan para dewa lainnya untuk memusnahkan umat manusia. Dewa Ea, yang telah bersumpah akan melindungi umat manusia, membocorkan rencana tersebut kepada orang bijak Utnapishtim melalui mimpi. Dalam versi lain, Utnapishtim disebut Ziusudra atau Attaharis. Utnapishtim yang telah mendapat bocoran informasi, selamat dari Banjir Bah, dengan naik perahu bersama keluarga, kerabat dekat dan binatang-binatang.
Terkait dengan kapan banjir bah
terjadi, banyak teori telah disampaikan, namun sejauh ini belum ada yang dinyatakan
paling benar. Jika bencana banjir ini sama dengan pencairan es kutub kedua,
berarti terjadi sekitar 20.000 SM. Namun
referensi agama menyatakan, bahwa Nabi Nuh membawa serta hewan-hewan piaraan
dalam perahu-nya. Jika memang demikian, berarti Nabi Nuh hidup pada masa Revolusi
Pertanian, yaitu setelah 10.000 SM, karena sejarah mencatat, manusia mulai
memelihara hewan setelah memasuki jaman pertanian.
Para
ahli geologi abad ke-19 mencari jejak air bah, dan mereka menemukan
lapisan geologis tak teratur, kerang di puncak gunung. Teori Pitman dan Ryan,
menemukan bukti air bah, menurutnya, terjadi sekitar tahun 7.000 SM. Sementara ahli arkeologi Leonard Woolley, dalam
penggalian di Ur, menemukan lapisan lumpur setebal tiga meter yang memisahkan
pemukiman awal Mesopotamia dari pemukiman masa sesudahnya. Woolley memperkirakan,
lumpur terjadi sekitar 2.800 SM.
Dari penjelasan di atas, dapat
dipahami, bahwa bukti-bukti terjadinya air bah masih membingungkan dan samar.
Apalagi, cerita air bah juga muncul di berbagai mitos aliran kepercayaan dari
berbagai belahan dunia, diantaranya di China dan India. Di China, dimana
kebudayaan Yang shao dan Longshan berkembang sejaman dengan Sumeria, menceritakan,
seorang panglima yang berkhianat mengoyak bubungan langit dan air turun dengan
deras menggenangi bumi dan menenggelamkan seluruh manusia, kecuali seorang ratu
luhur yang mengungsi ke puncak gunung bersama kelompok kecil pejuang. Di India,
seekor ikan memberitahu Raja Manu, bahwa banjir besar akan terjadi, dan Raja
harus segera membuat perahu.
Pada bagian di bawah ini
dijelaskan munculnya dinasti awal di berbagai belahan bumi, yaitu Sumeria,
Mesir, India dan China. Dinasti ini bermunculan pada periode 3.600 – 2.850 SM.
Pada bagian selanjutnya, dijelaskan perihal banjir bah Nabi Nuh AS, yang mungkin
terjadi sekitar 3.300 SM[1].
Dari kronologis waktunya, muncul pertanyaan, apakah kemunculan dinasti terjadi
setelah banjir bah, atau sebelumnya? Jika banjir bah meliputi seluruh bumi,
sedangkan Nabi Nuh AS mendarat di Sumeria, bagaimana mungkin umat manusia bisa
menyebar sedemikian cepat sehingga dalam waktu kurang dari lima abad sudah
muncul dinasti di Mesir, India dan China?
Penulis tidak menjawab pertanyaan tersebut, karena pernyataan banjir bah pada 3.300 SM yang meliputi seluruh bumi, termasuk umur Nabi Nuh AS yang mencapai 950 tahun, masih belum akurat dan perlu pembuktian lebih lanjut.
Dinasti Pertama Sumeria, Kish (sekitar 3.600 SM)
Setelah banjir bah, muncullah kota Kish yang terletak di antara sungai Efrat dan Tigris. Selain Kish, juga muncul kota dan desa kecil di sekelilingnya. Setiap Kota di kuasai oleh raja kecil. Masing-masing kota membuat benteng sendiri untuk pertahanan mereka, karena masing-masing raja cenderung untuk menyerang dan menguasai wilayah lain. Kota Kish makin lama makin membesar dengan mengadakan perdagangan yang makin luas dengan daerah sekitarnya. Warga Kish mendatangkan kayu dari Pegunungan Zagros dan Pegunungan Libanon, tembaga di datangkan dari Pegunungan Arab, lapis jazuli dari daerah utara, batu dari gurun sebelah barat. Sedangkan warga Kish sendiri menjual bebijian, pakaian, kulit, gerabah dan sejenisnya.
Dengan semakin kompleknya kehidupan kota Kish, muncullah raja pertama mereka bernama Gaur. Setelah Gaur, muncul nama raja-raja diantaranya yang dikenal adalah Gulla, Nidaba, Annapad, Atab, Etana dan seterusnya, sampai raja ke-22 bernama Enmebaraggesi.
Dinasti Pertama Mesir, Menes (sekitar 3.200 SM)
Pemukiman di Mesir sudah mulai muncul pada periode 5.000 – 4.000 SM, yang disebut masa Badaria, dilanjutkan periode 4.000 – 3.000 SM, yang disebut masa Naqada. Penduduk Mesir datang dari Sumeria, akibat musim panas di daerah tersebut. Sebagian datang dari pesisir barat Laut Merah, yang akhirnya bergabung bersama di sekitar Lembah Nil.
Lembah Nil memilik banyak sumber
alam, seperti binatang buruan, ikan, tembaga, emas, rami, papyrus. Namun tidak
memiliki kayu. Mereka berdagang ke barat untuk mendapatkan gading, dan ke timur
untuk mencari kerang.
Sungai Nil mengalir sekitar
seribu mil dari arah selatan menuju delta Nil di sisi utara. Karenanya
pemukiman muncul di sisi selatan dengan kota Hierakonpolis dan di sisi utara dengan
kota Heliopolis, atau Memphis.
Kehadiran raja tercatat dalam inkripsi sejarah sekitar 3.200 SM di kota selatan, Hierakonpolis, dengan nama Raja Scorpio. Sekitar 100 tahun kemudian, muncul raja di sisi utara, yaitu Raja Narmer atau Menes. Pada akhirnya, Raja Menes menaklukkan kota selatan dan menggabungkannya menjadi satu kerajaan Mesir.
Raja Pertama India, Manu (sekitar 3.100 SM)
Periode jauh sebelum 3.100 SM, orang-orang dari Asia Tengah melewati celah-celah Himalaya menuju pinggiran Sungai Indus India. Salah satu dari mereka adalah orang bijak bernama Manu. Dikisahkan, Manu pernah menolong ikan kecil yang akan dimangsa oleh ikan besar. Karena kebaikannya, suatu hari ikan kecil tersebut memberitahu Manu, bahwa akan terjadi banjir bah besar. Manu beserta tujuh orang bijak Rishi membuat kapal dan akhirnya selamat dari bencana bah. Setelah banjir bah surut, Manu bersandar di pengunungan nan jauh di utara dan akhirnya dia menjadi raja pertama India.
Kejadian ini berlangsung sekitar tahun 3.100 SM. Raja menobatkan dirinya dengan nama Manu Vaivaswata. Periode selanjutnya, muncul desa-desa dan kota di sekitar sungai Indus. Masyarakat Sungai Indus semakin maju dan mampu berlayar kearah Sungai Efrat Tigris untuk berdagang dengan bangsa Sumeria.
Dinasti Pertama China, Xia (Sekitar 2.850 SM)
Jauh sebelum tahun 3.000 SM, masyarakat China sudah hidup di antara Sungai Kuning dan Sungai Yangtze. Mereka membentuk desa-desa dan masing-masing memiliki kebudayaan yang berbeda. Beberapa kebudayaan yang sempat di catat sejarah antara lain Yang-shao, Dapenkeng, Qinglian dan Longshan.
Hingga akhirnya, pada sektiar
2.850 SM, muncul nama raja pertama dengan nama Fu Xi. Tidak seperti di Sumeria,
Mesir dan India, dimana raja pertama merupakan perwakilan tuhan, raja pertama
China dikenal dengan penemuan pola-pola alam, dan membentuk pikiran manusia
untuk mengatur segala hal di sekitarnya.
Raja Fu Xi dilanjutkan oleh Shennong, dan raja ketiga yang lebih terkenal adalah Huangdi, yang lebih dikenal dengan Kaisar Kuning. Raja ketiga memerintah pada kisaran waktu 2.696 – 2.598 SM. Setelah tiga raja ini, diteruskan tiga raja berikutnya, yaitu Yao, Shun dan Yu. Ketiganya disebut sebagai Tiga Raja Bijaksana. Raja ketiga, Yu dikenal sebagai pendiri dinasti pertama China, yaitu dinasti Xia.
NABI NUH AS (3.993 – 3.043 SM)
Nabi Nuh AS adalah putra Lamik bin Matwasalakh bin Idris AS. Nabi lahir sekitar 434 tahun setelah Nabi Idris AS, atau sekitar 126 tahun setelah meninggalnya Nabi Adam AS. Nuh diangkat menjadi nabi bagi kaum Bani Rasib, yang bertempat tinggal di sekitar Babilonia, Irak Selatan, ketika berusia 50 tahun, namun ada juga yang menerangkan 350 dan 480 tahun.
Penulis perlu menegaskan kembali, bahwa usia Nuh AS yang mencapai
ratusan tahun, masih perlu validasi ulang. Penulis menduga, angka ratusan tahun
muncul disebabkan karena sistem kalender kuno yang berbeda dengan jaman modern.
Dengan demikian, tahun kelahiran 3.933 dan tahun kematian 3.043 SM, sebatas
perkiraan semata.
Namun demikian, jika benar, Nuh AS hidup di sekitar 4.000 – 3.000
SM di Irak Selatan, berarti Nabi hidup bersamaan dengan tumbuhnya dinasti
pertama di Sumeria, yaitu Dinasti Kish. Seperti disebutkan di atas, Dinasti
Kish berkembang di kota Kish sekitar tahun 3.600 SM. Raja pertama bernama Gaur,
kemudian Gulla, Nidaba, Annapad, Atab, Etana dan seterusnya, sampai raja ke-22
bernama Enmebaraggesi. Mungkin saja Nabi Nuh AS adalah salah satu dari
raja-raja tersebut. Jika tidak, Nuh AS adalah rakyat atau bahkan musuh dari
raja-raja tersebut.
Sebelum banjir, Nuh telah menanam
pohon selama 100 tahun lamanya, untuk dijadikan kapal, yang berukuran 80 hasta,
Riwayat lain mengatakan panjang 300 hasta dan lebar 50 hasta. Ketika banjir
terjadi, pada hari ke sepuluh bulan Rajab, Nuh AS masuk ke dalam bahtera kapal
di ikuti oleh 10, atau 72 atau 80 orang[2],
serta hewan yang berpasang-pasangan. Nuh meninggalkan istri-nya yang durhaka,
serta anaknya Kanán (atau Yam). Sedangkan anaknya yang ikut serta adalah Ham,
Sam, dan Yafits. Sedangkan aanknya yang bernama Abil, masih diperdebatkan apakah
masuk kapal atau tertelan banjir. Sam
adalah bapak bangsa Arab, Ham adalah bapak bangsa Habsyi dan Yafits adalah
bapak bangsa Romawi[3]. Kapal
berlayar sekitar 150 hari, dan akhirnya berlabuh di Bukit Al-Judi. Setelah
berdiam selama sebulan, mereka keluar kapal pada hari As-Syura bulan Muharram.
Nabi Nuh AS berusia sekitar 600
tahun saat berlayar, dan meninggal sekitar 350 tahun lagi setelahnya. Nuh AS
meninggal sekitar usia 950 tahun[4].
Nabi Nuh di makamkan di Masjidil Haram, namun pendapat lain mengatakan di Biqa
(atau Kark Nuh).
Kembali pada sejarah Dinasti Kish. Apakah banjir bah Nuh AS terjadi
sebelum terbentuknya dinasti Kish, atau pada saat berdirinya dinasti, atau
bahkan setelah dinasti? Belum ada jawaban yang kredible terkait pertanyaan ini.
Namun jika memang dua sejarah tersebut benar-benar terjadi, dan bersinggungan, kemungkinan
yang mendekati benar adalah, banjir Bah Nuh AS terjadi sebelum muncul Dinasti
Kish 3.600 SM.
=============================== selesai, bersambung ==================================
Komentar
Posting Komentar