Skip to main content

Pilih Lesu atau Breakthrough

Sembilan belas tahun yang lalu, tepatnya 11/9/01, dunia dibuat geger oleh serangan terhadap 2 gedung pencakar langit di Amerika. Periode setelahnya, industri penerbangan mengalami masa suram. Pendapatan jeblok tak terkendali, dan akhirnya sebagian gulung tikar.

Berbeda halnya dengan Singapore Airline (SIN), ditengah resesi industri, mereka menyiapkan breakthrough strategy yang tepat. SIN memutuskan untuk mengangkat level kualitas pelayanan jauh di atas para pesaingnya. Di masa resesi, mereka justru mengirim semua crew masuk ke training pelayanan masal. Bukannya SIN merugi karena penerbangan sepi, justru mereka "untung", karena mengeluarkan biaya training hanya separo dari yang seharusnya. Setelah industri penerbangan pulih, para penumpang menikmati pelayanan SIN yang jauh di atas para pesaingnya. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, SIN mendapatkan reputasi yang luar biasa, dan masih dinikmatinya sampai saat ini.

Masa suram selalu terjadi dari waktu ke waktu, dan saat ini, sedang dialami oleh seluruh warga dunia. Wabah Covid-19. Seluruh dunia sedang menyoroti wabah ini, karena telah menyerang lebih dari setengah juta manusia dan menyebabkan kematian hampir 25 ribu orang. Banyak kepanikan terjadi di mana-mana, kelesuan dan keputus-asaan.

Lalu, dimana kita, panik dan lesu? Panik dan lesu pastilah menjadi pilihan orang-orang berkualitas rendah. Panik dan lesu pasti bukan pilihan orang-orang kreatif dan perusahaan sekelas SIN.

Mari kita tengok data sejenak. Bursa saham, jatuh rontok, nyaris separo dari indek sebelumnya. BCA turun 30%, Mandiri 40%, Telkom 24%, Indosat 50%. Harga pasar sudah berada di bawah nilai riil perusahaan. Bukankah pasar saham menjadi kesempatan untuk dibeli? Peluang di sekitar kita juga ada. Industri Ojek Online (Ojol) sepi, banyak dari mereka kesulitan bayar cicilan motor. Bukankah ini juga kesempatan untuk borong motor bekas? Dan pastinya masih banyak kesempatan yang lain...

Ayo bangkit, tanpa panik dan lesu. Cari cara dan peluang untuk naik tangga yang lebih tinggi....semangat....

Comments

Popular posts from this blog

The 360 Leader - John C Maxwell

Hampir semua pemimpin memiliki pimpinan yang lebih tinggi. Bolehlah dibilang, tidak ada pemimpin yang tidak memiliki pemimpin diatasnya. Karenanya, buku The 360 Leader karangan John C. Maxwell ini sejatinya adalah untuk semua pemimpin, bukan hanya untuk para manajer yang selalu berada di bawah para pemilik perusahaan. Pun demikian, penjelasan buku ini memang lebih difokuskan kepada para manajer, senior manajer dan para pemimpin sejenis dalam perusahaan yang berada di bawah kepemimpinan orang-orang di atasnya. Buku setebal 400 halaman ini mengawali penjelasanya dengan 7 mitos tentang memimpin dari bagian tengah. Berikutnya menjelaskan tantangan yang dihadapi pemimpin 360 Derajat. Pada bagian ketiga dijelaskan bagaimana memimpin ke atas. Bagian keempat dan kelima menjelaskan praktik memimpin ke samping dan ke bawah. Pada bagian akhir dijelaskan nilai-nilai pemimpin 360 Derajat. Prinsip utama dari kepemimpinan 360 derajat adalah bahwa pemimpin bukanlah posisi, melainkan pe

Alternatif Investasi Saham

Berikut ini adalah inspirasi bisnis bagi para investor (bukan trader) saham. Saham Telkom saya jadikan sebagai salah satu contoh, namun pastinya banyak saham lain yang serupa atau lebih bagus darinya. Benar, apa yang dikatakan investor kawakan Warren Baffett, " Our favorite holding period is forever ", quote lainnya antara lain, "Beli saham layaknya Anda akan membeli rumah. Memahami dan menyukainya sehingga Anda akan puas memilikinya". Jika Anda berinvestasi saham Telkom pada saat IPO tahun 1995, Anda akan merasakan super gembira, karena saat ini, nilainya sudah naik 21 x dari dinilai awalnya. Kok 21 x, bagaimana perhitungannya? Sejak saham IPO tahun 1995, Telkom telah membagi saham bonus sekali dan melakukan stock split dua kali. Jika saat IPO Anda membeli saham sebanyak 1,000 lembar, maka saat ini saham yang Anda miliki sudah berubah menjadi 10.800 saham, atau naik 10,8 kali. Selanjutnya dari sisi harga saham, pada saat IPO harga saham Rp 2.050, sedangkan

Perkembangan dan Tren Internet Indonesia

Menurut Delloitte Access Economic, kontribusi internet mencapai Rp 1,6 triliun atau 1,6 persen dari produk domestik bruto (PDB). Pada 2016 nanti konfribusinya di perkirakan mencapai 2,5 persen atau setara Rp 324 triliun. Pada akhir 2011 Internet World Stats mencatat jumlah pengguna internet mencapai 55 juta atau 24,2 persen populasi sebesar 245 juta. Jumlah tersebut merupakan yabg keemapt terbesar di Asia setelah China (510),India (121), dan Jepang (101,2). Namun demikian jika dilihat dari sisi penetrasi, indonesia masih jauh ketinggalan dari negara-negara Asean. Vietnam mencapai 33,7 Philipina 29,2 dan Thailand 27,2 persen. Menurut Markplus 57 persen pengguna internet berasal dari mobile internet. IPsos melaporkan dari jumlah tersebut 83 persen trafik menuju media sosial, forum dan blog. Socialbakers menempatkan Indonesia sebagai pengguna facebook terbesar dengan jumlah 43,5 juta dan Semiocast menempatkan di urutan kelima pengguna twitter dengan jumlah 20 jutaan. Nielsen 2011 melp