Skip to main content

Studi Kasus Google+

Banyak hal menarik dari uji coba Google+. Kali ini saya coba cermati dari sisi kegigihan pebisnis.

Sejak beberapa tahun lalu Google menyatakan bahwa platform social network merupakan bisnis asa depan. Dengan keyakinan tersebut, Google bertekad harus menjadi yang terdepan pada platform social network.

Nampaknya keyakinan Google mulai terbukti kebenarannya, buktinya dalam tiga tahun terakhir Facebook tumbuh luar biasa, bahkan nilai sahamnya terus meroket mengejar Google. Tidak hanya Facebook, Linkedin juga demikian. Proses IPO-nya pada triwulan dua tahun ini sungguh mengagetkan kalangan investor. Tidak berbeda jauh dengan Facebook dan Linkedin, twitter juga sempat menjadi primadona bagi para investor internet.

Celakanya, disaat Facebook, Twitter dan Linkedin meroket, produk social network punya Google justru tidak laku di pasar. Google Buzz hanya rame di awal, setelahnya ditinggalkan. Saya pun sama, setelah registrasi dan menggunakan beberapa waktu, akhirnya mundur pelan-pelan. Google Wave bahkan tidak terdengar di pasar.

Google tidak menyerah dengan kegagalanya, meski pun sebenarnya Google telah sukses di search engine dan banyak hal lain. Dengan keyakinannya, Google terus mencoba dan mencoba, sampai akhirnya muncul Google+, yang telah menghabiskan anggaran lebih dari 500 juta US dolar. Sukseskah Google+ ?. Belum tentu. Hari ini diberitakan bahwa Google+ telah digunakan oleh lebih dari 4.7 juta pengguna, padahal masih versi uji coba. Jika hal ini benar, boleh jadi Google+ bakal meraih sukses.

Tidak penting bagi saya, Google+ bakal sukses atau tidak. Pelajaran paling penting adalah:
1. Meskipun Google telah suskses di banyak sisi, ternyata Google tetap menginginkan suskses di social network. Hal ini dilandasi oleh keyakinan bahwa bisnis masa depan berada di social network
2. Ketika Google meyakini sesuatu, dia tidak menyerah. Beberapa kegagalan tidak membuat Google merubah keyakinan. Yang saya heran, Google bahkan semakin berani investasi besar untuk keyakinannya.

Comments

Popular posts from this blog

The 360 Leader - John C Maxwell

Hampir semua pemimpin memiliki pimpinan yang lebih tinggi. Bolehlah dibilang, tidak ada pemimpin yang tidak memiliki pemimpin diatasnya. Karenanya, buku The 360 Leader karangan John C. Maxwell ini sejatinya adalah untuk semua pemimpin, bukan hanya untuk para manajer yang selalu berada di bawah para pemilik perusahaan. Pun demikian, penjelasan buku ini memang lebih difokuskan kepada para manajer, senior manajer dan para pemimpin sejenis dalam perusahaan yang berada di bawah kepemimpinan orang-orang di atasnya. Buku setebal 400 halaman ini mengawali penjelasanya dengan 7 mitos tentang memimpin dari bagian tengah. Berikutnya menjelaskan tantangan yang dihadapi pemimpin 360 Derajat. Pada bagian ketiga dijelaskan bagaimana memimpin ke atas. Bagian keempat dan kelima menjelaskan praktik memimpin ke samping dan ke bawah. Pada bagian akhir dijelaskan nilai-nilai pemimpin 360 Derajat. Prinsip utama dari kepemimpinan 360 derajat adalah bahwa pemimpin bukanlah posisi, melainkan pe

WIMAX KANDIDAT JARINGAN 4G

Pada awal tahun 2000-an, bahkan sampai dengan saat ini kita sudah sangat familiar dengan teknologi Wi-Fi, diantaranya adalah wireless yang kita gunakan sehari-hari di Laptop. Teknologi Wi-Fi di Laptop ini merupakan implementasi dari standar IEEE 802.11x, yang sebenarnya telah mengalami perkembangan dari mulai 802.11a, 802.11b sampai 802.11g. Perkembangan tersebut menghasilkan kecepatan dan jangkauan yang lebih baik, spektrum frekuensi yang lebih efisien dan sebagainya. Teknologi Worldwide Interoperability for Microwave Access (Wimax) merupakan implementasi standar IEEE 802.16x, yang notabene adalah pengembangan dari teknologi Wi-FI dengan standar IEEE 802.11. Wimax dikembangkan oleh Wimax Forum yang dimotori lebih dari 400 vendor global seperti Intel, Siemens, ZTE, Nokia dan lainnya. Secara umum kita mengenal dua jenis Wimax, yaitu Wimax untuk jaringan tetap atau disebut Fixed Wimax, dan Wimax untuk jaringan bergerak atau sering disebut Mobile Wimax. Teknologi Fixed Wimax mampu menduk

Alternatif Investasi Saham

Berikut ini adalah inspirasi bisnis bagi para investor (bukan trader) saham. Saham Telkom saya jadikan sebagai salah satu contoh, namun pastinya banyak saham lain yang serupa atau lebih bagus darinya. Benar, apa yang dikatakan investor kawakan Warren Baffett, " Our favorite holding period is forever ", quote lainnya antara lain, "Beli saham layaknya Anda akan membeli rumah. Memahami dan menyukainya sehingga Anda akan puas memilikinya". Jika Anda berinvestasi saham Telkom pada saat IPO tahun 1995, Anda akan merasakan super gembira, karena saat ini, nilainya sudah naik 21 x dari dinilai awalnya. Kok 21 x, bagaimana perhitungannya? Sejak saham IPO tahun 1995, Telkom telah membagi saham bonus sekali dan melakukan stock split dua kali. Jika saat IPO Anda membeli saham sebanyak 1,000 lembar, maka saat ini saham yang Anda miliki sudah berubah menjadi 10.800 saham, atau naik 10,8 kali. Selanjutnya dari sisi harga saham, pada saat IPO harga saham Rp 2.050, sedangkan