Langsung ke konten utama

Work Experience

Setelah menyelesaikan kuliah dengan ikatan dinas pada bulan September 2005, aku langsung memasuki tahapan Orientaasi Sarjana di PT Telkom. Banyak kenangan menarik yang terus tertanam selama 8 bulan mengikuti Orientasi Sarjana di Cimahi, yang dimentori oleh Dinas Psikologi Angkatan Darat. Aku mendapatkan pelatihan disiplin dan mental, seperti tentara, tapi tentu saja pada tingkatan dasar.

Singkat kata, bulan Juni 2006 aku resmi menjadi keluarga besar Telkom, dengan penempatan pertama di Surabaya Timur. Di kantor Telkom Surabaya Timur aku bekerja sekitar 2 tahun lebih di bidang marketing.

Tahun 2008 aku pindah ke Kantor Divisi Jawa Timur. Di sini aku di tugaskan di bidang pengembangan bisnis, bidang yang berbeda dengan sebelumnya, namun punya keterkaitan yang cukup kuat. Selama sekitar 3 tahun, aku terlibat dalam beberapa satuan tugas pengembangan bisnis baru, beberapa yang terkenal adalah 'TelkomnetInstan' dan kartu calling card 'Bebas'.

Akhir tahun 2002 aku dipindahkan ke Divisi Indonesia Timur yang bermarkas di Makassar. 1.5 tahun pertama di Makassar aku ditugaskan di bidang yang sama dengan sebelumnya, yaitu pengembangan bisnis. Pekerjaanku yang cukup signifikan adalah pengembangan TV kabel di Bali, khususnya di area Kuta. Setelah sukses dengan TV Kabel, jaringan ini dioptimalkan untuk pengembangan layanan data dan suara, sehingga akhirnya menjadi jaringan 'triple play', yaitu satu jaringan untuk 3 layanan, TV Kabel suara dan data. Secara teknis proyek ini cukup sukses, namun karena teknologi saat itu yang masih terlalu prematuer, sehingga kualitas layanan kurang nyaman, ditambah lagi harga akhir end-user yang sangat tinggi, maka bisnis ini menjadi stagnan dan tidak berkembang. Sampai akhirnya tahun 2006, dimana teknologi sudah mature, support vendor juga semakin luas, maka 2 kendala di atas sudah mulai terpecahkan, sehingga layanan tripley play sudah diterima baik oleh pasar komersial dan dijual oleh beberapa operator.

Setelah 1.5 tahun di bidang pengembangan bisnis, 1.5 berikutnya aku dipindahkan ke bidang marketing, bidang pertama yang aku geluti sewaktu masuk Telkom. Produk yang aku jual adalah Flexi dan telepon rumah.
Setelah genap 3 tahun di Makassar, aku dipindahkan ke kantor pusat di Jakarta. Seperti kebanyakan orang daerah, aku butuh waktu adaptasi beberapa waktu, karena kota Jakarta yang sangat krodit, ditambah lingkungan pekerjaan di kantor pusat yang tentunya relatif berbeda dengan iklim pekerjaan di kantor wilayah atau daerah.

Sebetulnya aku cukup beruntung, karena unit yang aku tempati adalah unit baru, yaitu channel management. Sebelumnya Telkom tidak memiliki unit channel management, hal ini dimaklumi karena portfolio Telkom adalah telepon rumah, yang tentunya pengelolaan jalur distribusi tidak menjadi kendala serius. Namun ketika produk Flexi sudah berkembang, Speedy mulai dijual, maka jalur distribusi menjadi isu yang cukup penting untuk diperhatikan. Untuk itulah Tekom membentuk unit baru channel management. Dan saya yakin karena produk Telkom semakin komplek, maka kontribusi unit channel management di masa depan menjadi semakin penting.

Tugas utamaku di unit channel management adalah menyusun rekomendasi kepada manajemen Telkom, khususnya mengenai kebijakan pengelolaan jalur distribusi secara nasional, baik jalur distribusi yang dikelola Telkom sendiri seperti Plasa Telkom, Flexi Center, Speedy Corner atau pun jalur distribusi yang dikelala oleh mitra pihak ketiga seperti Warung Telkom, Dealer kartu, Dealer modem termasuk juga kemitraan temporer yang disetup pada berbagai program promo.

Tugas ini cukup menantang dan dinamis, karena memang pergerakan pasar yang terus berkembang. Dan saya juga yakin semakin ke depan tantangan di bidang jalur distribusi menjadi semakin komplek. Semoga saya selalu semangat dan dapat memberikan yang terbaik untuk perusahaan. amin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The 360 Leader - John C Maxwell

Hampir semua pemimpin memiliki pimpinan yang lebih tinggi. Bolehlah dibilang, tidak ada pemimpin yang tidak memiliki pemimpin diatasnya. Karenanya, buku The 360 Leader karangan John C. Maxwell ini sejatinya adalah untuk semua pemimpin, bukan hanya untuk para manajer yang selalu berada di bawah para pemilik perusahaan. Pun demikian, penjelasan buku ini memang lebih difokuskan kepada para manajer, senior manajer dan para pemimpin sejenis dalam perusahaan yang berada di bawah kepemimpinan orang-orang di atasnya. Buku setebal 400 halaman ini mengawali penjelasanya dengan 7 mitos tentang memimpin dari bagian tengah. Berikutnya menjelaskan tantangan yang dihadapi pemimpin 360 Derajat. Pada bagian ketiga dijelaskan bagaimana memimpin ke atas. Bagian keempat dan kelima menjelaskan praktik memimpin ke samping dan ke bawah. Pada bagian akhir dijelaskan nilai-nilai pemimpin 360 Derajat. Prinsip utama dari kepemimpinan 360 derajat adalah bahwa pemimpin bukanlah posisi, melainkan pe

WIMAX KANDIDAT JARINGAN 4G

Pada awal tahun 2000-an, bahkan sampai dengan saat ini kita sudah sangat familiar dengan teknologi Wi-Fi, diantaranya adalah wireless yang kita gunakan sehari-hari di Laptop. Teknologi Wi-Fi di Laptop ini merupakan implementasi dari standar IEEE 802.11x, yang sebenarnya telah mengalami perkembangan dari mulai 802.11a, 802.11b sampai 802.11g. Perkembangan tersebut menghasilkan kecepatan dan jangkauan yang lebih baik, spektrum frekuensi yang lebih efisien dan sebagainya. Teknologi Worldwide Interoperability for Microwave Access (Wimax) merupakan implementasi standar IEEE 802.16x, yang notabene adalah pengembangan dari teknologi Wi-FI dengan standar IEEE 802.11. Wimax dikembangkan oleh Wimax Forum yang dimotori lebih dari 400 vendor global seperti Intel, Siemens, ZTE, Nokia dan lainnya. Secara umum kita mengenal dua jenis Wimax, yaitu Wimax untuk jaringan tetap atau disebut Fixed Wimax, dan Wimax untuk jaringan bergerak atau sering disebut Mobile Wimax. Teknologi Fixed Wimax mampu menduk

Liburan Keluarga di Kuala Lumpur

Masjid Putra Kunjungan Kuala Lumpur kali ini merupakan yang ke sekian kalinya, tapi menjadi yang pertama kali untuk liburan keluarga. Liburan keluarga selalu mendapatkan pengalaman yang berbeda dibandingkan liburan bersama teman kantor, apalagi jika dibandingkan dengan perjalanan dinas. Seperti biasanya, kami memilih untuk ''berjalan sendiri", tanpa bantuan agen travel atau pun guide lokal. Otomatis, saya akan menjadi EO sekaligus guide-nya. Kami sudah pesan tiket jauh hari, agar keluarga merasa nyaman dan tentu saja agar harga tiket lebih miring. Kami mendapat tiket Malaysia Airline PP sekitar 1,7 juta rupiah, karena berdekatan dengan liburan Natal. Jika waktu kunjungan jauh dari liburan bersama, mungkin bisa mendapatkan tiket lebih hemat. Untuk akomodasi, kami pilih tengah kota, agar mudah jalan kaki kemana pun, dan tentu saja dekat dengan Petronas Twin Tower. Tidak usah kawatir harga mahal, buktinya saya mendapatkan hotel butik yang sangat nyaman, denga