Dinasti Han Masih Berkuasa di China
Menjelang abad masehi, Dinasti
Han di perintah oleh Kaisar Xuandi dan setelahnya di wariskan kepada anaknya Yuandi.
Karena usia, Yuandi meninggal pada tahun 33 SM, dan mewariskan kekaisaran
kepada Chengdi (33 SM – 7 M). Karena Chengdi masih terlalu muda, ibunya,
Cheng-Chun bertindak sebagai wali atas anaknya. Setelah umur menginjak usia 18
tahun, pemerintahan di kendalikan oleh Chengdi, sampai akhirnya dia meninggal
pada tahun 7 M.
Karena Chengdi tidak punya anak
laki-laki, kekaisaran diwariskan kepada keponakannya, Aiti (7 – 13 M). Hanya
enam tahun memerintah, Aiti meninggal, tanpa anak laki-laki, dan kekaisaran
diwariskan kepada Ping, dan berikutnya kepada Ruzi, yang juga berusia muda.
Kekaisaran di kendalikan oleh walinya bernama Wang Mang. Selama
pemerintahannya, kekaisaran relatif kacau, selain karena pemberontakan juga
karena wabah dan bencana yang terus melanda rakyat. Akhirnya, pada 23 M, Wang
Mang melepaskan kekuasaannya dan lari.
Kekaisaran ditinggal oleh Wang Mang tanpa pewaris yang jelas, menimbulkan perang saudara. Setelah dua tahun perang saudara, muncul tokoh yang mampu membuat klaim atas kekaisaran, yaitu Liu Xiu, atau bergelar Guang Wudi (25 – 57 M). Pemerintahan Guang Wudi berjalan baik dan kesejahteraan mulai pulih kembali. Kaisar memindahkan pusat kota dari Chang’an ke Loyang, sekitar 300 kilometer sebelah timur. Setelah 32 tahun berkuasa, Guang Wudi meninggal karena usia, kekaisaran diteruskan oleh anaknya Mingdi, yang berusia 29 tahun. Mingdi mempunyai jenderal yang terkenal bernama Pan Ch’ao. Kerjasama keduanya mampu memperluas wilayah kekuasaan, dan membuka jalan ke barat yang sebelumnya telah di tutup oleh Partia-Roma. Kaisar Mingdi tertarik kepada ajaran Budha dari India, mendorongnya mengirim orang untuk belajar ke India. Dan Setelahnya, dia dan keluarganya mengikuti ajaran Budha, hingga akhirnya meluas kepada para pejabat dan pelajar di China.
Kerajaan Partia dan Kushan
Di perbatasan timur Roma, ada Kerajaan
Partia, duduk di tahta Raja Artabanus III, putra dari seorang patriot Partia
yang merebut tahta dari Vovones I, yang dianggap bersikap seperti orang Romawi.
Artabanus membagi wilayah menjadi 18 kerajaan kecil dan menempatkan
saudara-saudara nya menjadi raja kecil. Kini Kerajaan Partia semakin kokoh dan
kuat. Bahkan dia sempat tertarik untuk membuat kerajaan ke-19 dengan mencaplok
Armenia. Namun upayanya gagal, karena Romawi menghalanginya. Tahun 37, terjadi
pertemuan damai dengan Roma, menyepakati bahwa Armenia adalah batas negara
bebas.
Gagal mengambil Armenia, Artabanus III tertarik dengan wilayah timur, yaitu kerajaan Kushan, yang berada di utara Punjab, saat ini sekitar Kabul. Meskipun usaha untuk invasi Kushan juga tidak berhasil. Kushan di pimpin oleh Kujula Kadphises, sejak tahun 30 M, dan berkuasa hampir lima puluh tahun. Rakyat Kushan mempunyai dua agama, yaitu Budha dan Dewa Zeus. Budha berasal dari budaya India, sedangkan Dewa Zeus berasal dari pengaruh barat, Babilonia. Semakin lama, kerajaan Kushan semakin luas wilayahnya, hingga mendekati batas Partia di barat. Bangsa Kushan juga makin makmur dan kaya, dan terus bertahan dari ambisi raja Partia untuk menaklukannya.
Romawi, antara Republik Kekaisaran dan Junta Militer (13 – 69 M)
Setelah Oktavianus meninggal, kekuasan di berikan kepada Tiberius (13 – 37 M), yang berusia 54 tahun. Sebetulnya, penunjukan Tiberius bukan karena kesukaan apalagi kemampuan, namun lebih karena kebutuhan. Tiberius adalah orang yang tidak berkarisma, murung, tidak menarik, sulit berbicara, main perempuan, meluapkan nafsunya tanpa batas dan kejam.
Tiberius mempunyai anak bernama Drusus. Seperti hal ayahnya, Drusus pun bukan tipe pemimpin yang ideal. Sebenarnya dia calon pewaris tahta dan sudah diberi jabatan Konsul, namun meninggal pada tahun 23 M. Tiberius punya keponakan Germanicus, yang sebelumnya menjadi panglima di Kawasan Jerman, di pindahkan menjadi gubernur propinsi Suriah. Namun ternyata, Germanicus pun berumur pendek, meninggal meninggalkan istri dan anak bernama Caligula.Sekitar tiga tahun setelah
kematian anaknya, Tiberius makin aneh, ia meninggalkan Roma menuju Kampania dan
kemudian menuju Capri. Akhirnya dia menetap di Capri dan memerintah Romawi dari
tempat ini. Di tempat inilah, dia membangun surganya sendiri, dan melampiaskan
nafsu dunianya tanpa batas. Tiberius meninggal pada tahun 37 M, karena
penyakit.
Setelah Tiberius meninggal,
kekuasaan dilanjutkan oleh Caligula (37 – 40 M), anak Garmanicus yang sudah
meninggal sebelumnya. Pada awal pemerintahannya, dia nampak baik, dengan merangkul
semua pihak, namun selanjutnya, dia mulai menampakkan sifatnya yang keji dan mengerikan.
Pada tahun 39 M, dia memecat kedua Konsul dan membubarkan Senat dengan paksa.
Tahun 40, dia membuat banyak patung dirinya dan menyuruh rakyatnya untuk
menyembah patung tersebut. Di Yerusalem, orang-orang Yahudi, paling keras
menolak permintaan Caligula, dan meminta kepada Komandan Romawi setempat,
Petronius, untuk mengirim surat kepada Caligula terkait perintah tersebut.
Sebelum jawaban tiba, ternyata Caligula sudah di bunuh oleh pengawal
kerajaannya sendiri. Caligula memerintah hanya tiga tahun sepuluh bulan.
Setelah Caligula meninggal,
pamannya sendiri, kakak Germanicus, bernama Claudius (40 – 54 M), menyatakan
klaim atas tahta Caligula. Seperti kaisar sebelumnya, Tiberius dan Caligula,
Claudius juga keji, membunuh saingannya tanpa ampun. Namun demikian, dia
berhasil membuat prestasi dengan mengukuhkan Britania dalam kekuasaanya, berkat
bantuan penglima tangguh, Verpania. Karena istrinya selingkuh, dia membunuh beserta
selingkuhannya. Kemudian dia menikahi adik Caligula, Agrippina, yang sudah
membawa anak bernama Lucius Domitius, yang kemudian diadopsi sebagai anak dan
memberi nama Nero. Tahun 54 M, Claudius meninggal, kemungkinan di racun oleh
keluarganya sendiri. Sebagai pewaris tahta adalah anak adopsi, Nero.
Nero (54 – 68 M), juga mirip
pendahulunya. Pada awal pemerintahan, dia Nampak saleh, namun selanjutnya
begitu keji dan bengis. Tahun 58, dia mengambil istri temannya sendiri, Otho.
Tahun 59 M, dia bermaksud melenyapkan ibunya sendiri. Tahun 64 M, terjadi
kebakaran besar di kota Roma, dan rakyat menuduh Nero sebagai dalangnya. Untuk
mengalihkan tuduhan tersebut, Nero membunuh banyak orang dengan banyak dakwaan.
Selanjutnya dia menuding kaum Kristiani dengan tuduhan yang aneh dan hukuman
yang sadis luar biasa. Tahun 66 M, Nero membuat keputusan blunder, dengan
menyerahkan Armenia kepada Partia. Tahun 68 M, Pengawal kerajaan merencanakan
kudeta, namun Nero telah mendahului lari dan bunuh diri.
Galba (68 M), Gubernur Hispania,
mantan Konsul di Daulat sebagai pengganti Nero. Namun kekuasannya hanya
bertahan tujuh bulan. Ketika pada suatu upacara, Pengawal kerajaan mengumumkan
Otho sebagai imperator yang baru. Galba di bunuh di tempat, tubuhnya di buang
di jalan dan kepalanya ditusukkan pada sebuah tiang.
Kini Otho (68 M) menjadi penguasa
Romawi, namun sayang, para tentara di Kawasan Jerman menginginkan komandan
mereka, bernama Vitellius, naik tahta. Akhirnya terjadi perang saudara di
Cremona, dan Otho kalah. Vitellius naik tahta dan membubarkan pasukan pengawal
kerajaan dan membentuk kembali dengan susunan pasukannya sendiri.
Kudeta Vitellius (69 M) tidak
disukai oleh sebagian elit Romawi dan mereka mendorong Vespasianus, panglima
perang Claudius, untuk merebut tahta Vitellius. Kedua pasukan bertempur di
Cremona, dan dimenangkan oleh Vespasianus. Tahun 69 M, Vitellius di bunuh dan
mayatnya di lempar ke sungai Tiber.
Selama setengah abad, Romawi
diperintah oleh kaisar-kaisar (princeps) yang tidak berkarisma, tidak kompeten,
kejam, nafsu birahi tidak terkendali. Bentuk pemerintahan juga semakin kabur,
antara bentuk republik, kaisar atau junta militer. Rakyat menghendaki bentuk
republik, namun penguasa selalu terdorong menghendaki kekaisaran, namun
realitasnya, junta militer dan pengawal kerajaan yang sangat berkuasa sekaligus
menentukan suksesi pemerintahan. Namun demikian, meski suksesi pemerintahan
berjalan sangat kacau, Romawi tetap dan masih bertahan sebagai kekaisaran
terbesar di muka bumi yang tidak tertandingi, bahkan wilayah kekuasaannya terus
bertambah.
Vespanius penguasa berikutnya.
Dia berkuasa sekitar 10 tahun dalam pemerintahan yang damai dan sukses. Salah
satu prestasinya adalah menghentikan pemberontakan Yahudi secara keseluruhan
dan menyerahkan Palestina kepada provinsi Suriah.
Tahun 79 M, Vespanius wafat
karena sakit, selanjutnya diganti oleh Titus sebagai pewaris. Titus memerintah
hanya sekitar 3 tahun, dan selama masa pemerintahanannya, Romawi di guncang
bencana-bencana besar, antara lain Gunung Vesuvius meletus.
Tahun 81 M, Titus sakit dan
meninggal pada usia 42 tahun. Digantikan oleh adiknya Domitianus. Domitianus
memerintah dengan sangat keras dan kejam, sampai tahun 96 M, akhirnya mati di
bunuh oleh istri dan orang-orang dekatnya.
Senat menunjuk salah satu
anggotanya Bernama Nerva. Nerva kurang sukses menjalankan pemerintahannya dan
berakhir dengan pembunuhan pula pada tahun 97 M. Sebelum meninggalnya, dia
menunjuk Jenderal Traianus sebagai penggantinya. Berbeda dengan penguasa
sebelumnya, Jenderal Traianus menjalankan pemerintahan dengan baik dan
membangun hubungan mesra dengan senat. Rakyat merasakan kesejahteraan dan
kesenangan. Dalam kekuasaannya, Roma mencapai kebesarannya. Ia mengakhiri
pemerintahan saat wafat pada tahun 117 M.
Traianus tidak menunjuk pengganti, akhirnya ditunjuk wali sah Hadrianus yang saat itu memimpin Suriah. Pada masa pemerintahannya, terjadi pemberontakan besar Yahudi. Namun Hadrianus mampu mengatasi bahkan Roma membantai 580 ribu Yahudi dan nyaris memusnahkan Kota Yehuda. Prestasi lainnya adalah Pembangunan tembok sepanjang skotlandia untuk menahan para penyerbu asing dari bangsa Celt di Utara. Di bawah tangan Traianus dan Hadrianus, Romawi kembali berjaya dan menunjukan kebesarannya.
Pilates dan Herodes Antipas di Galilea (32 M)
Sementara Tiberius sedang
melampiaskan nafsunya sendiri di pusat kekuasaan Romawi, jauh di Kawasan
Yerusalem sedang berkuasa tiga orang pemimpin, putra Herodes, raja kecil
Yerusalem yang meninggal tahun 4 SM. Di Galilea,
pemimpin kecil yang dulu ditunjuk oleh Oktavianus, bernama Herodes Antipas. Sementara
di Samaria, pemimpin yang ditunjuk adalah Pontius Pilates. Pilates bukan putra
Herodes, dia adalah procurator Romawi yang di pilih oleh Oktavianus
menggantikan saudara Herodes Antipas, Archelous, yang berperilaku jahat. Sementara
di bagian utara, pemimpin yang ditunjuk Oktavianus adalah Philipus. Sesuai
dengan instruksi Oktavianus, putra Herodes hanya diberi kewenangan sebagai pemimpin
budaya atau agama, tidak menjadi pemimpin politik. Sedangkan Pilates, karena
dia adalah procurator Romawi, mempunya kewenangan yang lebih luas dibanding
Herodes Antipas dan Philipus.
Di Galilea, muncul seorang tokoh yang mendeklarasikan diri sebagai seorang nabi, dia di kenal dengan nama Yesus. Yesus mengusik ketenangan Herodes Antipas, dengan mempertanyakan hak mereka menguasai kehidupan religius kaum Yahudi. Herodes Antipas merasa terdesak dengan tekanan dan popularitas Yesus, sehingga memaksa nya untuk mencari cara menutup mulut Yesus. Namun sayang, Herodes Antipas tidak memiliki kuasa untuk melakukannya. Akhirnya, dia mencoba meyakinkan Pilates, bahwa Yesus melakukan palanggaran politik dan harus di hukum. Pilates setuju menghukum mati Yesus, yang tidak membantahnya ketika ditanya apakah dia mengaku sebagai raja kaum Yahudi. Bentuk hukumannya adalah salib, yang merupakan hukuman standar bangsa Romawi, yang sudah diterapkan berabad-abad lamanya, termasuk hukuman untuk para budak yang mengikuti Spartacus.
NABI ISA AS (1 SM – 32 M)
Nabi Isa AS adalah putra dari
Maryam binti Imran bin Basyim bin Amun bin Misya bin Hizqiya bin Ahriq bin
Maustim bin Azaziya bin Amshiya bin Yuwasy bin Ahrihu bin Yazim bin Yahfazyath
bin Isya bin Aban bin Rahbaam bin Sulaiman AS.
Ayah Maryam, Imran adalah salah
seorang ahli sholat dari kalangan Bani Israil dan ibunya Hannah binti Faqul bin
Qabil adalah seorang wanita ahli ibadah. Sedangkan pengasuh Maryam adalah
Zakariya AS yang merupakan nabi dan rosul, sekaligus suami dari Asy-ya, saudara
perempuan Maryam. Zakariya AS memiliki putra yang juga seorang nabi dan hidup
semasa dengan Isa AS, yaitu Yahya AS. Terlihat dari silsilah ini, Isa AS
terlahir dari keluarga besar yang sangat sholeh.
Setelah dilahirkan oleh ibunya, Maryam
dibawa ke masjid untuk diserahkan pengasuhannya kepada para ahli ibadah.
Seketika itu terjadi perselisihan, akhirnya di lakukan undian. Setelah
dilakukan undian ketiga, ternyata tetap dimenangkan oleh Zakariya AS, sehingga
nabi terpilih menjadi pengasuh Maryam. Dalam asuhan Zakariya AS, Maryam tumbuh
menjadi wanita ahli ibadah yang sangat sholehah dan jauh dari jangkauan pria.
Saat itu, Zakariya AS sudah cukup tua, namun belum memiliki anak. Berkat anak
asuh yang baru ini, Zakariya semakin bersemangat untuk berdoa memohon diberi
anugerah anak. Dan akhirnya, doa tersebut terkabulkan.
Ketika masa haid tiba, Malaikat
Jibril di utus Allah SWT untuk mendatangi Maryam. Maryam kaget atas kehadiran
Jibril yang menyerupai manusia sempurna, namun berkat penjelasannya, akhirnya
bisa dimengerti. Atas perintah Allah SWT, Jibril meniupkan ruh (Tuhan) ke
Rahim, selanjutnya Maryam menjalani masa kehamilan.
Menjelang waktu kelahiran bayi,
fitnah tersebar luas. Banyak kaum menuduh Maryam telah berzina dengan Yusuf bin
Ya`qub bin Najjar, seorang yang sholeh putra pamannya, yang juga dekat dengan
Maryam. Karena besarnya fitnah, akhirnya Maryam lari dan mengisolasi diri.
Beban fitnah, isolasi dan kandungan, menjadikan Maryam sempat hampir putus asa,
hingga akhirnya datang pertolongan Allah SWT. Akhirnya Isa AS dilahirkan dengan
selamat di sekitar Baitul Maqdis Bait Lahm (Betlehem).
Setelah bayi lahir, fitnah masih
terus tersebar, hingga akhirnya muncul mukjizat, bayi Isa AS berbicara
menjelaskan kelahiran dirinya. Mukjizat Isa AS tersebar luas, hingga akhirnya
banyak utusan pembesar datang dan sebagian bermaksud membunuhnya. Mendengar
berita ini, Maryam membawa putranya pergi ke Mesir dan menetap di sana. Setelah
berumur dua belas tahun, mereka kembali ke Baitul Maqdis.
Sejak kecil Isa AS telah
menunjukkan berbagai mukjizat yang menakjubkan. Diantaranya menghidupkan orang
yang sudah mati, menyembuhkan orang buta, menyembuhkan berbagai macam penyakit,
mengetahui barang yang disimpan keluarga dalam rumah, berbicara saat bayi, menghidupkan
burung dari tanah, menurunkan hidangan dari langit, berjalan di atas air laut, dan
masih banyak lagi. Meski berlimpah mukjizat, kehidupan Isa AS sungguh
bersahaja. Nabi tidak memiliki rumah tempat tinggal, berpakaian bulu, sering
makan dedaunan, tidak berkeluarga dan tidak berharta. Nabi tidak menyimpan
sesuatu untuk kehidupan esok hari. Di masa kecil, Isa makan dari upah yang
diperoleh ibunya sebagai penjahit.
Kitab Injil turun kepada Isa AS
ketika nabi berusia 30 tahun. Kitab turun pada malam ke delapan belas bulan
Ramadhan berselang 1.050 tahun dari kitab Zabur, yang turun pada malam kedua
belas bulan Ramadhan, yang berselang 482 tahun dari kitab Taurat, yang turun
pada malam keenam bulan Ramadhan. Sedangkan Al-Quran turun pada malam kedua
puluh empat bulan Ramadhan.
Suatu masa, ketika Nabi berusia
33 tahun, pada hari Jumat malam Sabtu, Isa AS beserta 12 muridnya sedang
berkumpul dalam sebuah rumah dekat Baitul Maqdis. Kedua belas murid Hawariyyun tersebut
Petrus, Ya`qub bin Zabda, Yohannes, Andreas, Philipus, Bertolomeus, Mathius,
Thomas, Ya`qub bin Khalqiya, Tadeus, Fatatiya, dan Yudas Iskariot. Rombongan
para pembunuh, yang dipimpin oleh Daud bin Naura, berada di luar rumah mengepung
dan hendak segera masuk. Isa AS menawarkan kepada muridnya, siapa yang bersedia
di serupakan dan menggantikan dirinya untuk ditangkap oleh para pengepung.
Seorang pemuda, Yudas Iskariot, dengan berani dan teguh bersedia menggantikan
nabi. Setelah Yudas terpilih, Isa AS diangkat Allah SWT menuju ke langit, dan
para pengepung masuk menangkap Yudas dan kemudian menyalibnya.
Beberapa hari setelah penyaliban,
Maryam mengunjungi tempat tersebut dan menangis. Saat itu, Isa AS datang dan
menjelaskan kepada Ibunya. Isa AS juga berpesan kepada Ibu untuk disampaikan
kepada kaumnya Hawariyyun untuk bertemu dirinya di suatu tempat. Lima tahun
setelah pertemuan tersebut, Maryam wafat dalam usia 53 tahun.
Konon, kabar penyaliban terdengar
oleh penguasa Romawi di Damaskus[1]. Gubernur Damaskus
memanggil dan meminta penjelasan kepada para pengikut Isa AS. Setelahnya, dia berpihak
pada pengikut Isa AS dan meminta untuk membawa tiang salib untuk di bawa ke istana
dan diagungkan. Dari situlah, akhirnya para pengikut Isa AS mengagungkan salib.
Sementara, Ibu Gubernur, Halainah al-Harraniyah (Helen) memerintahkan untuk
membuat gereja di tempat pembuangan mayat yang di salib. Tempat ini dikenal
Qumamah. Tempat ini dipercaya sebagai lokasi bangkitnya Isa AS menjelang hari
kiamat.
Sepeninggal Isa AS, Kitab Injil ditulis
dalam empat kitab, yaitu Lukas, Matius, Markus dan Yohannes. Markus dan Lukas
adalah sahabat nabi, sedangkan Matius dan Yohannes adalah pernah bertemu
sahabat. Perselisihan terus terjadi terkait dengan Isa AS sebagai manusia atau
anak Tuhan. Hingga pada 300 tahun setelah wafatnya Isa AS, diselenggarakan
rapat besar para pemuka agama Nasrani. Pada rapat besar tersebut, diputuskan
oleh Raja Qanstantin, bahwa Isa adalah Tuhan dan Putra Tuhan. Kelompok yang
mempercayai Isa AS sebagai manusia, yang dipimpin oleh Abdullah bin Aryus,
tetap istiqomah, namun menjadi kelompok minoritas yang makin lama semakin
tersisih.
======================== selesai, bersambung... ==========================
Catatan : Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan sebelumnya : Babilonia Persia dan Romawi
[1] Maksudnya
adalah Gubernur Suriah, yang saat itu di jabat oleh Germanicus atau
penggantinya. Germanicus adalah keponakan Tiberius, kaisar Romawi yang berkuasa
pada masa tersebut. Germanicus meninggalkan anak bernama Caligula, yang kelak
menjadi penerus Tiberius sebagai Kaisar Romawi.
Komentar
Posting Komentar