"Sebaiknya
Pak Rudiantara menghormati permintaan Komisi I DPR yang menyarankan penundaan
keluarnya PM sebelum aspirasi semua pihak diserap,".
Sebelum
peraturan interkoneksi berlaku mulai 1 September, sangat diharapkan Menkominfo
memperhatikan saran di atas, yang disampaikan oleh Direktur Lembaga
Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Informasi (LPPMI), Kamilov Sagala,
sebagaimana dikutip detiknet (25/8).
Bahkan,
jika memperhatikan azas manfaat dan mudharatnya, serta tren masa depan,
sebenarnya peraturan interkoneksi tidak lagi mendesak untuk dibicarakan,
apalagi di revisi. Banyak hal lebih penting yang perlu menjadi fokus kementrian
dan operator saat ini. Berikut penjelasan lebih lengkap.
Pendapatan Suara Cenderung Turun
Pada
awal kemunculan seluler, pendapatan operator bergantung kepada layanan suara.
Setelah layanan SMS muncul, kontribusi suara perlahan menyusut. Saat ini,
layanan data menjadi primadona, dengan pertumbuhan pendapatan yang semakin
besar. Secara otomatis akan mengurangi kontribusi suara dan SMS.
Bagi
operator warna merah, Telkomsel, kontribusi pendapatan suara terhadap
pendapatan total tahun 2015 sebesar 48%, turun dari tahun-tahun sebelumnya
sebesar 50% dan 51%. Bagi operator warna kuning, Indosat Ooredoo, kontribusi
tahun 2015 sebesar 28%, turun dari sebelumnya 30% dan 33%. Sementara untuk operator
warna biru, XL Axiata, kontribusi dalam tiga tahun terakhir adalah 36%, 34%, dan
36%.
Secara
umum kontribusi pendapatan suara turun berkisar 2 - 3 persen per tahun. Dengan
semakin maraknya layanan berbasis data, penurunan tersebut diprediksi akan
makin membesar.
Laba Rugi Interkoneksi
Selaras
dengan pendapatan suara, kontribusi pendapatan interkoneksi terhadap pendapatan
total juga cenderung turun. Angka penurunannya serupa dengan pendapatan suara,
yaitu 2 - 3 persen per tahun.
Sumbangan
pendapatan interkoneksi anak usaha Telkom Group, Telkomsel tahun 2015 sebesar
5,8%, turun dari tahun 2014 dan 2013 yang masing-masing sebesar 7,0% dan
7,9%. Sedangkan sumbangan interkoneksi
bagi anak usaha Ooredoo Asia Pte. Ltd, Indosat Ooredoo pada tahun 2015, 2014
dan 2013 sebesar 7,2%, 9,2% dan 10,9%. Sementara untuk anak usaha Axiata Investments
Sdn Bhd, XL Axiata, angka penurunan pada tahun yang sama sebesar 10,5%, 12,8%
dan 14,3%.
Jika
dilihat dari laba rugi interkoneksi ketiga operator, Telkomsel menikmati laba
yang relatif stabil, sementara Indosat Ooredoo dan XL Axiata mengalami
kerugian. Dalam kontek ini, laba rugi interkoneksi didefinisikan sebagai
selisih antara pendapatan dengan biaya interkoneksi yang di bayar oleh operator
kepada operator lain.
Selama
kurun tiga tahun terakhir, 2015, 2014 dan 2013, Telkomsel menikmati laba-interkoneksi
sebesar Rp. 1,7 sebelumnya 1,5 dan 1,6 triliun. Indosat Ooredoo menderita rugi-interkoneksi
sebesar Rp. 451, 341 dan 342 miliar. Sementara XL Axiata menikmati laba-interkoneksi
di tahun 2015 sebesar Rp. 71 miliar, namun dua tahun sebelumnya mengalami rugi-interkoneksi
masing-masing Rp.349 dan 693 miliar.
Laba-interkoneksi
yang dinikmati Telkomsel merupakan konsekuensi logis, mengingat jumlah
pelanggan Telkomsel memang yang terbesar, yaitu 152,6 juta pada akhir 2015.
Sedangkan jumlah pelanggan Indosat Ooredoo dan XL Axiata pada tahun yang sama
masing-masing adalah 69,7 dan 42,1 juta.
Laba-interkoneksi
juga berbanding lurus dengan nilai investasi yang di tanam Telkomsel dalam
membangun BTS. Tercatat jumlah BTS Telkomsel pada akhir 2015 sebanyak 103,3
ribu, sementara Indosat Ooredoo dan XL Axiata masing-masing mempunyai 50,6 ribu
dan 58,8 ribu.
Peraturan
interkoneksi seharusnya selalu memperhatikan laba-rugi interkoneksi, dimana
operator yang lebih banyak berinvestasi sudah seharusnya menikmati laba,
sedangkan yang sedikit berinvestasi seharusnya mengeluarkan biaya. Keseimbangan
ini akan memberi jaminan return on
investment (ROI) bagi operator yang
berinvestasi.
Interkoneksi Turun Untuk Siapa
Seperti
diketahui, pemerintah berencana menurunkan biaya interkoneksi menjadi 18
skenario dengan rata-rata penurunan 26%. Dengan perhitungan kasar, maka
pendapatan dan biaya interkoneksi Telkomsel akan turun dengan angka yang sama,
sekitar 26%, sehingga laba-interkoneksi pun akan turun 26%. Dengan menggunakan laba-interkoneksi
Telkomsel tahun 2015 sebesar Rp. 1.695 miliar, maka laba-interkoneksi berpotensi
turun sebesar Rp. 440 miliar, menjadi Rp. 1.255 miliar.
Angka
di atas jauh lebih kecil dari yang sering digembar-gemborkan banyak pihak,
termasuk oleh sebagian masa demo yang turun ke jalan hari Selasa kemarin (30/8).
Namun demikian, penurunan angka tersebut memberi sinyal kepada operator, bahwa
pemerintah tidak berpihak lagi kepada operator yang punya semangat tinggi dalam
investasi membangun negeri, sehingga secara psikologis akan mengurangi agresifitas
operator dalam membangun jaringan ke seluruh pelosok nusantara.
Saat
ini, biaya panggilan suara lintas operator (off-net) berbeda-beda, tarif ritel berada
di kisaran Rp. 1.500 – 2.000 per menit. Jika interkoneksi suara turun sebesar
Rp. 46, yaitu dari Rp. 250 menjadi Rp. 204, berarti penurunan interkoneksi
suara hanya sebesar 3% dari tarif ritel. Dengan angka sekecil itu, diyakini,
penurunan interkoneksi tidak akan mampu menurunkan tarif ritel secara
signifikan. Artinya, masyarakat luas tidak menikmati manfaat dari penurunan
interkoneksi.
Lalu
siapa yang mengambil manfaat dari penurunan interkoneksi? Penurunan
interkoneksi bermanfaat bagi: Pertama,
operator yang selama ini menderita rugi-interkoneksi. Rugi mereka akan menurun,
atau bahkan berubah menjadi laba-interkoneksi.
Kedua, operator yang memiliki
pangsa pasar kecil di suatu wilayah tertentu. Dengan biaya interkoneksi lebih rendah,
mereka punya peluang untuk menurunkan tarif ritel serendah-rendahnya, sekedar
untuk mendapatkan jumlah pelanggan yang banyak, untuk meningkatkan pangsa
pasar.
Masa Depan Adalah Data
Kontribusi
pendapatan data tahun 2015 bagi Telkomsel sebesar 26%, naik dari tahun sebelumnya
21%. Untuk Indosat Ooredoo, kontribusinya pada tahun yang sama sebesar 26%,
naik dari sebelumnya 18%. Sementara bagi XL Axiata, besaran kontribusi sekitar
31%, naik dari tahun sebelumnya 27%.
Terlihat,
pertumbuhan kontribusi data per tahun sekitar 6%. Angka ini akan semakin
membesar, seiring dengan jumlah smartphone berbasis LTE yang semakin banyak di
tahun mendatang. Di prediksi kontribusi data akan melampaui angka 50% pada
tahun 2020.
Layanan
data adalah masa depan operator seluler. Semua operator di belahan dunia mana
pun meyakini hal tersebut. Mereka juga meyakini, kemenangan layanan data saat ini
akan menjadi modal kemenangan kompetisi masa depan.
Dengan
keyakinan tersebut, bisa dipastikan, usaha strategis yang sedang disiapkan
semua operator saat ini adalah membangun kompetensi layanan data.
Interkoneksi Tidak Penting Lagi
Jika
demikian, kenapa ada operator yang ngotot menghendaki penurunan interkoneksi?
Bukankah interkoneksi sudah tidak relevan lagi? Bukankah interkoneksi sudah tidak
penting lagi?
Seperti
disampaikan di atas, penurunan interkoneksi bisa dijadikan sebagai cara untuk
perang tarif off-net dan meningkatkan pangsa pasar. Iseng-iseng berhadiah,
penurunan interkoneksi juga membantu menurunkan rugi-interkoneksi,
syukur-syukur bisa berubah menjadi laba-interkoneksi.
Jika
benar demikian, tujuan mulia pemerintah untuk menurunkan tarif ritel dan
memberi manfaat kepada masyarakat, kemungkinan tidak akan terpenuhi. Yang
terjadi sebaliknya, operator yang selama ini giat berinvestasi di daerah
terpencil, akan berpikir ulang, karena pemerintah tidak berpihak kepadanya, sehingga
investasi yang mereka kucurkan semakin beresiko.
* artikel ini ditulis tanggal 31 Agustus 2015, di saat pembahasan interkoneksi di media nasional sangat intensif.
For occasion, if a computerised slot 온라인카지노 is designed to have a 97% RTP, the average winnings amount will vary round $3 for each $270 wagered. Slot machines, computerised or not, perform in the same means. Slots normally function three reels though in other cases they might be structured with 5 reels. These reels are designed with completely different symbols depending on the game’s theme and other elements. With eye-catching diamond and coronary heart graphics, put together for a blinged-out win on Triple the Thrill™ – Divine Diamonds™! The Heart Connection function is triggered during the base sport or free games by three, four or 5 scattered pink or diamond hearts.
BalasHapus