Pada suatu pagi saya
merenung,….kenapa Allah swt berfirman, ’Sesungguhnya kepunyaan Allah-lah
kerajaan langit dan bumi. Dia
menghidupkan dan mematikan. Dan
sekali-kali tidak ada pelindung dan penolong bagimu selain Allah. (QS.
9:116)’
Bukankah tadi malam istriku menolongku menyiapkan makan malam? Dia juga
menolongku mengobati sakit kulitku ?. Bukankah minggu kemarin aku membawa
anakku ke dokter karena dia sakit flu, dan sekarang anakku sudah sehat kembali.
Apakah dokter tersebut tidak juga menolongku menyembuhkan penyakit anakku?.
Apakah rumahku juga tidak melindungiku dari kedinginan karena hari-hari
terakhir ini selalu hujan lebat?.
Lalu apakah arti pertolongan
istri, dokter juga perlindungan rumah kepada keluargaku. Dan apa pula arti
pertolongan dan perlindungan Allah swt ?. Apakah Allah swt telah ‘mendelegasikan’ pertolongan dan perlindungan
tersebut kepada istri, dokter dan rumah?. Ataukah istri, dokter dan rumah-lah
yang telah menolong dan melindungiku, namun pertolongan dan perlindungan
tersebut bisa terwujud hanya jika Allah swt mengijinkannya?. Ataukah pada
hakikatnya istri, dokter dan rumah tersebut adalah Allah swt ?.
Ya Allah....yang maha menguasai Ilmu, anugerahilah hamba-Mu ini dengan
Ma`rifat-Mu...
Sesungguhnya hakikat wujudnnya
seluruh mahkluk adalah Allah swt. Tidak ada satu pun makhluk berwujud kecuali
hakikatnya adalah Allah swt.
Jika saya melihat diri saya, maka
hakikatnya saya melihat Allah swt. Ketika saya melihat istri, maka hakikatnya
saya melihat Allah swt. Ketika saya melihat hewan-hewan dan tumbuhan, maka
hakikatnya saya pun melihat Allah swt.
Maka, ketika saya melihat
pertolongan istri, pada hakikatknya saya melihat pertolongan Allah swt. Ketika
saya melihat pertolongan dokter, pada hakikatnya saya melihat pertolongan Allah
swt. Ketika saya merasakan perlindungan rumah, pada hakikatnya saya merasakan
perlindungan Allah swt.
Ya Allah,.. yang menguasai
seluruh yang hak….
Jika pikiran tersebut benar,
teguhkanlah dalam hati saya sebagai pasak tauhid. Dan jika pikiran tersebut salah, segeralah
luruskan kami dalam kebenaran-Mu, amin.
Renungan ini ditulis di Makassar, 12 Desember 2003.
Komentar
Posting Komentar