Saat ini, terutama di lingkungan sekitar kita, di negara kita dan utamanya di negara yang mengikuti kehidupan barat, Poligami memang menjadi kehidupan yang relatif tabu. Kenapa demikian? Saat ini laki-laki dan perempuan relatif memiliki kekuatan yang hampir sama untuk bisa mencari nafkah dan memberi penghidupan kepada keluarga. Hampir semua pekerjaan terbuka secara luas dan setara, baik laki-laki maupun perempuan. Mereka punya kesempatan yang sama untuk mendapatkan pekerjaan dan membangun karier yang sepadan. Kaum perempuan mempunyai kemandirian yang cukup untuk menghidupi diri dan mungkin keluarganya. Pada kondisi demikian, kaum perempuan tidak terlalu bergantung kepada laki-laki. Kaum laki-laki setara dengan kaum perempuan, karena-nya poligami tidak lagi relevan. Apakah suatu saat, kondisi ini bisa berubah? mungkin saja. Yaitu ketika terjadi guncangan besar terhadap populasi atau sosial politik suatu Bangsa. Menurut Yuval Noah Harari, dalam bukunya Homo Deus, sepanjang sejarah manus
"Ora usah kemrungsung, wis ono dalan bayine dewe-dewe" (terjemah: nggak usah panik, sudah ada jalan lahirnya masing-masing), demikian chat di WA Grup yang ditulis berulang kali oleh seorang teman. Kalimat ini sangat bijak, dan memang demikianlah yang sering disampaikan oleh para penceramah agama. Jika engkau membuka tafsir Al-Quran, hampir saya pastikan, engkau akan membuat kesimpulan yang sama. (lihat tafsir Al-Quran tentang takdir pada link berikut, klik di sini ). Lalu apa masalahnya? Saya melihat suatu masalah, ketika kalimat ini dijadikan pedoman hidup bagi orang yang belum pantas, yaitu orang yang hidupnya kurang beruntung dalam segala aspeknya (baik aspek ekonomi, pendidikan, prestasi, dst). Norma ini secara tidak sadar akan menurunkan kerja keras, daya juang, dan motivasi. Jika norma ini menjadi keyakinan komunitas, maka daya juang rendah tidak hanya diderita oleh perseorangan, namun melanda suatu komunitas dalam jumlah yang besar. Dampaknya adalah keterbelakangan, k