Skip to main content

Posts

Start With Why by Simon Sinek

"We follow the leader not because we have to, but because we want to. Not for them, but for ourselves". Inilah kalimat pembuka dalam buku Start With Why, karangan penulis populer Simon Sinek, yang ceramahnya di Ted-Talk dilihat oleh jutaan orang, menempati urutan ketiga terbanyak sepanjang masa. Buku Start With Why diterbitkan oleh Portfolio/Penguin USA, pada tahun 2009. Buku setebal 246 halaman ini mulai populer di Indonesia dan menginspirasi banyak orang pada beberapa tahun terakhir. Tentunya, saya pun sangat terkesan dengan buku ini, terutama setelah membaca kalimat pembukanya. Buku ini menjelaskan cara berpikir, bertindak dan berkomunikasi seorang pemimpin agar mampu menginspirasi orang-orang di sekelilingnya. Martin Luther King, dengan kalimat populernya "i have a dream", adalah seorang pemimpin yang menginspirasi. Apple, dengan iPod dan iPhone nya, adalah perusahaan yang mampu menginspirasi, tidak hanya karyawan namun juga masyarakat luas. Wright brothers, pem
Recent posts

The Infinite Game by Simon Sinek

“Kompetisi bisnis bukanlah menang atau kalah, tapi memberikan nilai yang terus membaik kepada pelanggan dan semua stakeholder”. Inilah inspirasi terbaik yang saya rangkum dari buku Simon Sinek terbaru yang laris manis, The Infinite Game. Buku setebal 250 halaman, diterbitkan oleh Portfolio/Penguin USA, pada tahun 2019. Sebelum buku ini, Simon Sinek telah menerbitkan buku laris lain yang sangat popular, yaitu StartWith Why dan Leader Eat Last . Semua buku terbitanya relatif tipis, bergaya story telling dengan tampilan sangat sederhana, sedikit gambar maupun asesoris lain. Menurut Simon, ada dua jenis permainan (game), yaitu finite dan infinite. Finite game adalah permainan yang jelas pemainnya, jelas waktunya dan jelas aturannya, sehingga jelas pula siapa yang kalah dan menang. Sedangkan infinite game adalah sebaliknya. Contoh sederhana dari definisi ini adalah kompetisi Microsoft versus Apple. Microsoft berjuang keras menciptakan Zune untuk mengalahkan iPod dari Apple, namun pada s

Pertolongan Tuhan - The Last Kingdom

  “Jangan serahkan anak kita pada seorang kafir, serahkan pada Tuhan dan biarkan Dia yang menentukan nasibnya, baik sembuh atau wafatnya”, demikian pinta seorang Ratu kepada Raja Alfred, yang sedang menggendong anaknya yang sekarat. Sang Raja Wessex yang taat beragama sangat gundah dengan keselamatan anak laki-laki calon pewaris tahta. Raja Alfred telah memerintahkan semua pendeta untuk berdoa demi keselamatan dan kesehatan putranya. Namun, bukannya membaik, sang anak semakin parah dan memasuki masa sekarat. Di tengah kekalutan tersebut, muncul seorang perempuan tidak beragama bahkan penyihir, yang menawarkan jasa dengan tulus, untuk menyembuhkan sang anak. Pada akhirnya, Raja Alfred tidak berdaya, dan menyerahkan anaknya untuk diobati oleh seorang penyihir. Ternyata, sang anak sembuh, Raja dan Ratu sangat gembira menerima kesehatan putranya. Begitulah potongan cerita dalam film The Last Kingdom, yang menginspirasi saya untuk menulis artikel ini. Pertanyaan seriusnya adalah: Kenapa doa

Sejarah Nabi dan Agama Perlu ditinjau Kembali

Sejarah nabi dan agama telah di tulis oleh banyak ahlinya pada masa kuno. Baik sejarah agama Islam, Kristen, Yahudi dan seterusnya. Beberapa penulis sejarah agama Islam ternama masa lalu antara lain : Wahab bin Munabbih, wafat 114 H Al-Imam Ali bi Hamzah al-Kasai an-Nahwi, wafat 189 H Sahl bin Abdullah at-Tustari, wafat 283 H Al-Amin al-Mukhtar Izzul Malik Muhammad bin Abdul Malik al-Musabbihi, wafat 420 H dan (mungkin) yang paling terkenal adalah Ibnu Katsir, atau Ismail bin Umar al-Qurasyi bin Katsir bin Dhau bin Katsir bin Zara al-Bashri ad-Dimasqa, al faqih asy-syafii, Imaduddin al-hafizh Abu al-FIda, wafat 774 H. Membaca kisah dalam buku para ahli sejarah masa lalu, membawa pemikiran lebih jauh, yaitu keselarasan antara kisah dalam buku tersebut dengan sejarah manusia yang disimpulkan oleh para ilmuwan sejarah masa kini. Beberapa ketidakselarasan tersebut bisa dipahami, karena ilmuwan sejarah masa kini memiliki beberapa pandangan baru yang tidak dimiliki oleh sejarawan semasa Ibnu

The Leader Who Had No Title

The Leader Who Had No Title, adalah buku yang cukup ringkas, karena hanya 260 halaman (versi bahasa Indonesia), mudah di baca dan dipahami, mudah di summary-kan dan di ingat pokok materinya. Namun demikian, buku ini betul-betul saya rekomendasikan untuk Anda semua, karena pokok materinya yang sangat bagus, dan banyak sekali memuat kalimat-kalimat inspiratif. Anda dapat menjadikan buku ini sebagai pedoman praktis untuk terus mengembangkan diri, memupuk kepemimpinan diri, sekali pun Anda bukan seorang pimpinan formal. Buku ini di tulis oleh konsultan kepemimpinan ternama dunia, Robin Sharma, pada tahun 2010. Selanjutnya diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Bentang Pustaka pada Januari 2019. Pada bagian akhir buku ini, Anda bisa mendapatkan berbagai referensi dan komunitas tentang kepemimpinan yang membantu Anda belajar lebih lanjut tentang kepemimpinan tanpa jabatan. Pelajaran Pertama . Kita tak butuh jabatan untuk menjadi pemimpin. Berikut adalah langkah yang perlu Anda lakukan unt

Akankah Poligami Populer

Saat ini, terutama di lingkungan sekitar kita, di negara kita dan utamanya di negara yang mengikuti kehidupan barat, Poligami memang menjadi kehidupan yang relatif tabu. Kenapa demikian?  Saat ini laki-laki dan perempuan relatif memiliki kekuatan yang hampir sama untuk bisa mencari nafkah dan memberi penghidupan kepada keluarga. Hampir semua pekerjaan terbuka secara luas dan setara, baik laki-laki maupun perempuan. Mereka punya kesempatan yang sama untuk mendapatkan pekerjaan dan membangun karier yang sepadan. Kaum perempuan mempunyai kemandirian yang cukup untuk menghidupi diri dan mungkin keluarganya. Pada kondisi demikian, kaum perempuan tidak terlalu bergantung kepada laki-laki. Kaum laki-laki setara dengan kaum perempuan, karena-nya poligami tidak lagi relevan. Apakah suatu saat, kondisi ini bisa berubah? mungkin saja. Yaitu ketika terjadi guncangan besar terhadap populasi atau sosial politik suatu Bangsa. Menurut Yuval Noah Harari, dalam bukunya Homo Deus, sepanjang sejarah manus

Dalan Bayine Dewe-dewe

"Ora usah kemrungsung, wis ono dalan bayine dewe-dewe" (terjemah: nggak usah panik, sudah ada jalan lahirnya masing-masing), demikian chat di WA Grup yang ditulis berulang kali oleh seorang teman. Kalimat ini sangat bijak, dan memang demikianlah yang sering disampaikan oleh para penceramah agama. Jika engkau membuka tafsir Al-Quran, hampir saya pastikan, engkau akan membuat kesimpulan yang sama. (lihat tafsir Al-Quran tentang takdir pada link berikut,  klik di sini ). Lalu apa masalahnya? Saya melihat suatu masalah, ketika kalimat ini dijadikan pedoman hidup bagi orang yang belum pantas, yaitu orang yang hidupnya kurang beruntung dalam segala aspeknya (baik aspek ekonomi, pendidikan, prestasi, dst). Norma ini secara tidak sadar akan menurunkan kerja keras, daya juang, dan motivasi. Jika norma ini menjadi keyakinan komunitas, maka daya juang rendah tidak hanya diderita oleh perseorangan, namun melanda suatu komunitas dalam jumlah yang besar. Dampaknya adalah keterbelakangan, k