Setelah Nabi Ibrahim AS bersama rombongan pergi ke Mesir bertemu Firaun Akhtoy III dari dinasti ke sepuluh pada tahun 2.085 SM, rupanya makin banyak orang dari kawasan Israel, semit barat, dan sekitarnya, yang berdatangan dan hidup di Mesir. Mesir menjadi pilihan, karena kecukupan air dan kemakmuran, berbalik kondisinya dengan Semit Barat yang sedang mengalami kekeringan dan kelaparan. Setelah bertahun-tahun hidup di Mesir, mereka mulai diterima oleh masyarakat setempat. Wajar, jika akhirnya pada sekitar tahun 1.850 SM, Nabi Yusuf AS, sebagai rakyat pendatang, berhasil memperoleh kepercayaan sebagai salah satu pejabat Mesir dinasti kedua belas, oleh Firaun Senusret I, II atau III, yang bertempat di ibu kota kerajaan Itj-taway. Selain rombongan Nabi Ibrahim AS, yang disebut sebagai bangsa Ibrani, pendatang dari utara, Semit Barat, yang juga mendapat kepercayaan dan hidup di Mesir adalah bangsa Hyksos. Namun sayang, orang-orang ini menjadi makin berambisi, dan akhirnya membangun dina
Pada bagian sebelumnya, telah dijelaskan sejarah pada sekitar tahun 3.000 – 2.000 SM. Selama masa tersebut, tokoh-tokoh yang muncul antara lain Gilgamesh, Firaun dan paramidanya di Mesir, Urukagina, dan Sargon Yang Agung. Sedangkan nabi yang hidup pada masa tersebut adalah Hud AS dan Shaleh AS. NABI IBRAHIM AS (1.997 – 1.822 SM) Nabi Ibrahim AS adalah keturunan Hud AS yang ke enam atau keturunan Nuh AS yang ke sepuluh, dengan silsilah Ibrahim bin Tarikh (250 th) bin Nahur (148 th) bin Sarugh (230 th) bin Raghu (239 th) bin Faligh (439 th) bin Abir (464 th) yang tidak lain adalah Nabi Hud AS. Nabi dilahirkan di Kaldaniyyun, sebuh kawasan di Babilonia, oleh seorang ibu bernama Amilah, pada saat Tarikh (nama lain dari Azar) berumur 75 tahun, memiliki saudara diantaranya Nahur dan Haran, yang kelak menjadi ayah dari Nabi Luth AS. Selain nama Ibrahim, nabi juga punya nama lain al-Ausath. Nabi berhadapan dengan raja Babilonia bernama Namrud bin KanĂ¡n bin Kausy bin Sam bin Nuh AS, nam