"Ora usah kemrungsung, wis ono dalan bayine dewe-dewe" (terjemah: nggak usah panik, sudah ada jalan lahirnya masing-masing), demikian chat di WA Grup yang ditulis berulang kali oleh seorang teman. Kalimat ini sangat bijak, dan memang demikianlah yang sering disampaikan oleh para penceramah agama. Jika engkau membuka tafsir Al-Quran, hampir saya pastikan, engkau akan membuat kesimpulan yang sama. (lihat tafsir Al-Quran tentang takdir pada link berikut, klik di sini ). Lalu apa masalahnya? Saya melihat suatu masalah, ketika kalimat ini dijadikan pedoman hidup bagi orang yang belum pantas, yaitu orang yang hidupnya kurang beruntung dalam segala aspeknya (baik aspek ekonomi, pendidikan, prestasi, dst). Norma ini secara tidak sadar akan menurunkan kerja keras, daya juang, dan motivasi. Jika norma ini menjadi keyakinan komunitas, maka daya juang rendah tidak hanya diderita oleh perseorangan, namun melanda suatu komunitas dalam jumlah yang besar. Dampaknya adalah keterbelakangan, k
Covid-19 telah mengacaukan seluruh bangsa, seluruh agama, seluruh negara, seluruh dunia. Sampai hari ini (29/06/20), 10 juta orang dinyatakan positif dan ½ juta dinyatakan meninggal dunia. Virus yang diduga berasal dari Wuhan China ini, tidak semata berdampak terhadap penyakit dan kematian, namun telah membuat kepanikan umat manusia, pemberhentian hampir semua aktifitas, pelemahan ekonomi dan perubahan budaya global. Saking dahsyatnya dampak pandemi ini, banyak tokoh dunia memprediksi, Covid-19 berdampak terhadap kehidupan dan masa depan generasi milenial. Ada hal sangat aneh yang kita alami pada masa pandemi Covid-19 ini. Mungkin Anda tidak menyadari, tapi saya akan tunjukkan melalui tulisan ini. Politeisme Pada jaman manusia purba, mereka hidup menyatu dengan alam. Manusia ini, yang terdiri dari berbagai macam spesies, hidup sejak 2,5 juta sampai sekitar 10 ribu tahun yang lalu. Mereka mendapatkan makanan dengan berburu atau mengambil langsung dari pepohonan di sekitarnya