Langsung ke konten utama

Tahun Ini Jumlah Ponsel Lewati Populasi Penduduk


Telkomsel menutup jumlah pelanggan tahun 2010 sebanyak 95 juta pelanggan, dan XL 40.1 juta, sementara Indosat, Flexi dan Esia diperkirakan masing-masing 41 juta, 17 juta, dan 12 juta. Jumlah The Big Five mencapai 205 juta, sedangkan operator lainya diperkirakan mencapai jumlah 20 juta, sehingga penulis memperkirakan jumlah pelanggan seluler akhir 2010 sebanyak 225 juta. Dari jumlah tersebut, komposisi pelanggan paska bayar hanya 2.5 persen atau 5.6 juta, sedangkan sisanya 97.5 persen adalah prabayar. Pelanggan GSM sekitar 195 juta, dan CDMA sebanyak 30 juta. Disisi lain, jumlah pelanggan telepon rumah berkisar 9 juta, yang berasal dari Telkom 8.3 juta dan sisanya Indosat dan Wifone, sementara pelanggan mobile internet telah menembus angka 48.5 juta, sedangkan pelanggan Blackberry 2.5 juta.

Sesuai laporan Pemerintah, jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 sebanyak 237,56 juta. Dengan demikian tingkat penetrasi seluler telah mencapai 95 persen. Wow!. Penetrasi telepon rumah hanya 3.7 persen, sementara mobile internet mencapai 20.5 persen dan Blackberry di kisaran angka 1 persen.

Tembus Jumlah Populasi
Jumlah ponsel pada akhir 2010 telah mencapai 225 juta. Dengan pertambahan sekitar 2 juta per bulan, maka sekitar Juni 2011, jumlahnya bakal menembus angka 238 juta, atau melewati jumlah populasi penduduk Indonesia. Luar biasa! Anda tidak perlu kaget, karena Indonesia bukanlah yang pertama. Sebelumnya, pada September 2010 Korea Selatan telah melaporkan jumlah ponsel sebanyak 50 juta dari populasi yang hanya 48.8 juta. Kemudian pada November 2010, Brazil juga mencatat jumlah ponsel 194 juta dari populasi sebanyak 191 juta.

Pertumbuhan tahun ini diprediksi agak melambat, dengan beberapa alasan berikut. Pertama, dengan tingkat penetrasi yang mencapai 100%, pasar mulai mencapai titik jenuh. Kedua, operator fokus pada layanan data. Internet mendapat momentum yang sangat dahsyat, sehingga tahun 2011 akan menjadi tahun layanan data. Semua operator cenderung menuju ke arah tersebut, karena voice dan SMS dipastikan turun tajam. Dengan kondisi demikian, diperkirakan jumlah ponsel pada akhir tahun 2011 berkisar 250 juta.

Pelanggan Fiktif

Sejatinya, jumlah pelanggan yang dilaporkan operator tidak riil, bahkan boleh dikatakan fiktif. Hal ini didasari oleh beberapa kenyataan, antara lain sebagai berikut. Pertama, kartu aktif namun tidak bertuan. Beberapa operator terlalu berambisi menambah jumlah pelanggan, sehingga seringkali melempar kartu ke pasar secara sembarangan. Sebagai buktinya, kita sering ketemu pedagang yang menjual kartu perdana dengan harga Rp. 1.000,- namun kondisi sudah aktif. Bahkan di tingkat grosir kartu tersebut hanya menjadi bonus alias gratis. Kedua, kartu sudah mati namun tidak dihapus. Karena berbagai alasan, beberapa operator tetap mencatat pelanggan yang sudah mati, bahkan ada operator yang menjual perdana aktif selamanya. Ketiga, kartu di tangan pedagang. Pada umumnya setiap pedagang pulsa elektrik memegang 3 buah kartu aktif untuk jualan, dan membuang minimal 3 kartu dalam setahun, yang mana kartu tersebut aktif selamanya. Keempat, operator melakukan koreksi jumlah pelanggan. Pada tahun 2008 yang lalu, XL sempat merevisi jumlah pelanggan, dan awal tahun 2010 Indosat juga merevisi jumlah pelanggan. Dengan kondisi demikian, penulis memperkirakan pelanggan riil tahun 2010 tidak lebih dari 70 persen atau 157 Juta.

BRTI Perlu Ambil Peran

Jumlah pelanggan fiktif memang tidak secara langsung merugikan pelanggan, namun paling tidak hal ini bisa membohongi pelanggan. Pasalnya, seringkali operator menjadikan basis pelanggan sebagai materi promo. Yang jelas, basis pelanggan selalu muncul pada buku prospektus atau laporan tahunan operator, khususnya operator yang sudah terbuka.

Dengan banyaknya pelanggan fiktif, sebaiknya BRTI segera mempertegas ketentuan pencatatan pelanggan dan ikut mengawasi implementasi di lapangan, sehingga laporan jumlah pelanggan dari operator tidak merugikan pelanggan maupun investor.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The 360 Leader - John C Maxwell

Hampir semua pemimpin memiliki pimpinan yang lebih tinggi. Bolehlah dibilang, tidak ada pemimpin yang tidak memiliki pemimpin diatasnya. Karenanya, buku The 360 Leader karangan John C. Maxwell ini sejatinya adalah untuk semua pemimpin, bukan hanya untuk para manajer yang selalu berada di bawah para pemilik perusahaan. Pun demikian, penjelasan buku ini memang lebih difokuskan kepada para manajer, senior manajer dan para pemimpin sejenis dalam perusahaan yang berada di bawah kepemimpinan orang-orang di atasnya. Buku setebal 400 halaman ini mengawali penjelasanya dengan 7 mitos tentang memimpin dari bagian tengah. Berikutnya menjelaskan tantangan yang dihadapi pemimpin 360 Derajat. Pada bagian ketiga dijelaskan bagaimana memimpin ke atas. Bagian keempat dan kelima menjelaskan praktik memimpin ke samping dan ke bawah. Pada bagian akhir dijelaskan nilai-nilai pemimpin 360 Derajat. Prinsip utama dari kepemimpinan 360 derajat adalah bahwa pemimpin bukanlah posisi, melainkan pe

WIMAX KANDIDAT JARINGAN 4G

Pada awal tahun 2000-an, bahkan sampai dengan saat ini kita sudah sangat familiar dengan teknologi Wi-Fi, diantaranya adalah wireless yang kita gunakan sehari-hari di Laptop. Teknologi Wi-Fi di Laptop ini merupakan implementasi dari standar IEEE 802.11x, yang sebenarnya telah mengalami perkembangan dari mulai 802.11a, 802.11b sampai 802.11g. Perkembangan tersebut menghasilkan kecepatan dan jangkauan yang lebih baik, spektrum frekuensi yang lebih efisien dan sebagainya. Teknologi Worldwide Interoperability for Microwave Access (Wimax) merupakan implementasi standar IEEE 802.16x, yang notabene adalah pengembangan dari teknologi Wi-FI dengan standar IEEE 802.11. Wimax dikembangkan oleh Wimax Forum yang dimotori lebih dari 400 vendor global seperti Intel, Siemens, ZTE, Nokia dan lainnya. Secara umum kita mengenal dua jenis Wimax, yaitu Wimax untuk jaringan tetap atau disebut Fixed Wimax, dan Wimax untuk jaringan bergerak atau sering disebut Mobile Wimax. Teknologi Fixed Wimax mampu menduk

Liburan Keluarga di Kuala Lumpur

Masjid Putra Kunjungan Kuala Lumpur kali ini merupakan yang ke sekian kalinya, tapi menjadi yang pertama kali untuk liburan keluarga. Liburan keluarga selalu mendapatkan pengalaman yang berbeda dibandingkan liburan bersama teman kantor, apalagi jika dibandingkan dengan perjalanan dinas. Seperti biasanya, kami memilih untuk ''berjalan sendiri", tanpa bantuan agen travel atau pun guide lokal. Otomatis, saya akan menjadi EO sekaligus guide-nya. Kami sudah pesan tiket jauh hari, agar keluarga merasa nyaman dan tentu saja agar harga tiket lebih miring. Kami mendapat tiket Malaysia Airline PP sekitar 1,7 juta rupiah, karena berdekatan dengan liburan Natal. Jika waktu kunjungan jauh dari liburan bersama, mungkin bisa mendapatkan tiket lebih hemat. Untuk akomodasi, kami pilih tengah kota, agar mudah jalan kaki kemana pun, dan tentu saja dekat dengan Petronas Twin Tower. Tidak usah kawatir harga mahal, buktinya saya mendapatkan hotel butik yang sangat nyaman, denga