Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2015

Wisata Vietnam menjadi Kesan Tak Terduga

"Vietnam?" tanyaku, "Ya, Vietnam. Berangkat Rabu ini." jawab temanku melalui WA. Sontak aku merasa antusias. Tentu sangat berbeda responku jika jawaban teman adalah Singapore, Hong Kong atau negara maju lainnya. Vietnam is something different. Aku menduga Vietnam sebagai negara 'kelabu', mengingat sejarahnya penuh dengan perang yang mengerikan. Apalagi dulu aku termasuk penggemar Rambo, jadi wajar saja kalau menganggap masyarakat Vietnam sebagai singa berbulu domba. Harapan wisata ke Vietnam adalah melihat situs perang dan keganasan Vietkong. Namun gambaran-gambaran ngeri tersebut hilang sirna, begitu sampai dan menginap di negeri mirip Indonesia ini. Vietnam tak ubahnya seperti negara berkembang lain yang ekonominya tumbuh sangat pesat dan sangat memperhatikan industri pariwisata. Vietnam boleh di bilang sebagai negara yang "baru saja" merdeka. Setelah perang Saudara yang sangat brutal disertai intervensi Amerika, akhirnya Vietnam memproklam

The 360 Leader - John C Maxwell

Hampir semua pemimpin memiliki pimpinan yang lebih tinggi. Bolehlah dibilang, tidak ada pemimpin yang tidak memiliki pemimpin diatasnya. Karenanya, buku The 360 Leader karangan John C. Maxwell ini sejatinya adalah untuk semua pemimpin, bukan hanya untuk para manajer yang selalu berada di bawah para pemilik perusahaan. Pun demikian, penjelasan buku ini memang lebih difokuskan kepada para manajer, senior manajer dan para pemimpin sejenis dalam perusahaan yang berada di bawah kepemimpinan orang-orang di atasnya. Buku setebal 400 halaman ini mengawali penjelasanya dengan 7 mitos tentang memimpin dari bagian tengah. Berikutnya menjelaskan tantangan yang dihadapi pemimpin 360 Derajat. Pada bagian ketiga dijelaskan bagaimana memimpin ke atas. Bagian keempat dan kelima menjelaskan praktik memimpin ke samping dan ke bawah. Pada bagian akhir dijelaskan nilai-nilai pemimpin 360 Derajat. Prinsip utama dari kepemimpinan 360 derajat adalah bahwa pemimpin bukanlah posisi, melainkan pe

Produsen Ponsel Global Masuk Indonesia

Impor ponsel nasional tahun 2012 mencapai USD 2,6 miliar, dan pada Agustus 2014 mencapai USD 2,1 miliar. Pengguna ponsel berkisar 250 juta. Jika mereka ganti ponsel setiap 2,5 tahun, berarti setiap tahun butuh sekitar 100 juta. Jika harga rata-rata ponsel Rp 500 ribu, nilai pasar ponsel Indonesia akan berkembang mencapai Rp 50 T. Pasar yang cukup besar, tentu saja. Berpatokan pada data tersebut, pemerintah berencana menerapkan TKDN (tingkat kandungan dalam negeri) sebesar 40% pada ponsel yang dijual di Indonesia. Pemerintah juga mendorong produsen global untuk membangun pabrik di Indonesia. Nampaknya desakan pemerintah mendapat respon positif produsen. Beberapa mereka global telah sepakat untuk mendirikan pabrik di Indonesia. Diantaranya Asus, Samsung, Oppo, Haier, Huawei, ZTE, Lenovo dan Xiaomi. Dari dafta tersebut, terlihat, hampir semua produsen berasal dari daratan Asia. Produsen Barat belum terlihat komitmennya. Padahal setahun lalu, Blackberry, melalui mitra Foxcon sudah menya

Kembangkan Organisasi melalui Pemimpinnya

Satu-satunya cara untuk mengembangkan organisasi Anda adalah dengan mengembangkan pemimpin yang menjalankannya. Begitulah salah satu kalimat yang baru saja saya baca dari buku The 360 Leader, John C. Maxwell. Kalimat tersebut betul-betul menyentuh pikiran saya. Karenanya, saya merasa perlu merenungkan dalam-dalam makna kalimat tersebut untuk beberapa menit. Akhirnya pikiran saya berhenti pada pekerjaan yang saya tangani saat ini. Sebagai pemimpin unit, saat ini saya sedang berusaha keras melipatgandakan pendapatan dan penjualan, untuk mengejar target perusahaan. Berbagai upaya sudah saya lakukan, tapi sejauh ini masih jauh dari memuaskan. Saya telah melipatgandakan jumlah titik penjualan, namun hasilnya tidak berlipat. Beberapa titik penjualan cukup produktif, namun sebagian besar lainnya justru buang-buang uang. Setelah merenungi kalimat di atas, saya tersadar, memang jumlah titik penjualan telah bertambah banyak, namun orang-orang hebat masih relatif sama. Karenanya wajar, jika