Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2014

Belajar dari Dunia Politik

Hari ini adalah hari pertama Kampanye untuk pemilu 2014.  Sebulan ke depan pastinya negeri ini akan lebih seru. Yang pasti akan terlihat antara lain berderetnya poster dan billboard di sepanjang jalan. Munculnya rangkaian iklan di televisi dan media lain. Juga transaksi uang oleh para makelar dan cukong. Saya bukan orang politik. Tidak akan bahas perpolitikan negeri ini. Namun, dari dunia politik, saya menangkap banyak hal yang sangat bermanfaat untuk memahami kehidupan sosial, khususnya di negeri tercinta ini. Berikut adalah beberapa diantaranya. Tekad Kuat Pantang Menyerah Jujur saya salut kepada Wiranto, Prabowo, juga Megawati. Setahu saya, Wiranto sudah nyalon dua kali, yaitu 2004 dan 2009. Dan tahun ini beliau nyalon untuk ketiga kalinya. Keputusan untuk nyalon bukanlah keputusan ringan. Sederet konsekuensi dan resiko menyertainya. Namun Wiranto tidak minder, jera, putus asa. Dia justru semakin berani dan percaya diri, meskipun saat ini dia harus berhadapan dengan Jokowi yang

Rumah Mewah Tidak Berarti Daya Beli Tinggi

Ada gula ada semut. Semut selalu mencari barang-barang manis. Begitulah adanya. Begitu juga para penjual. Mereka selalu mencari prospek yang manis. Prospek manis identik dengan banyak uang. Banyak uang sering identik dengan rumah mewah. Maka wajar jika penjual selalu mendatangi rumah-rumah mewah. Jika rumah anda mewah, jangan kaget kalau menjadi ladang kunjungan para penjual. Pandangan bahwa rumah mewah selalu banyak uang tidak sepenuhnya salah, tapi juga tidak selalu benar. Sesuai pengalaman saya di lapangan, semakin hari kesimpulan tersebut semakin tidak valid. Apalagi di kota besar seperti Jakarta, makin banyak saja saya dapatkan rumah mewah yang tidak punya uang. Boleh jadi, rumah mewah tersebut banyak uang, tapi daya belinya rendah. Atau boleh jadi daya beli tinggi, tapi kebutuhan hidupnya sudah tidak berkembang. Kenapa demikian? Ada beberapa alasan, antara lain seperti berikut. Rumah hanya menjadi obyek investasi jangka panjang. Penghuni adalah pensiunan. Penghuni adalah pen

Tips Tingkatkan Penjualan

Kemarin saya turun ke lapangan, mengunjungi teman-teman yang sedang buka stand penjualan di berbagai lokasi. Pada acara briefing, salah seorang teman bertanya kepada saya, "Pak, bagaimana kami bisa meningkatkan penjualan?" Setelah berpikir sejenak, saya jawab pertanyaan tersebut sebagai berikut. 1. Value for money. Atau ada harga ada rupa Jangan panik, jika pelanggan membandingkan produk kita dengan pesaing yang harganya lebih murah. Avanza dijual lebih mahal dari Xenia, padahal barangnya serupa. iPhone dijual lebih mahal dari Galaxy S, padahal kualitasnya setara. Di kamar hotel Aqua dijual 15 ribu, padahal di trotoar depan ada kaki lima menjual barang yang sama dengan harga 3 ribu. Reputasi penjual kadang dihargai lebih mahal dari produknya. Karena seringkali pelanggan memang ingin membeli reputasi penjualnya. Reputasi berarti sejarah, pengalaman, nama baik, jaminan dan kepercayaan. 2. Tambahkan nilai emosional Survey global menyimpulkan bahwa 50% pembeli melakukan tr