Langsung ke konten utama

Mobile Cloud Indonesia Mulai Bersinar


Hampir setiap hari kita bisa membaca tulisan tentang cloud computing muncul di berbagai media masa. Tidak heran, karena cloud computing memang sedang populer tahun ini, tidak hanya di Indonesia tapi hampir di seluruh belahan dunia. INTIMATE edisi Mei 2012 telah menyajikan tulisan dengan judul 'cloud computing apa manfaatnya buat kita?'. Atas masukan pembaca, kali ini ditampilkan kembali tulisan tentang cloud computing dengan topik yang lebih populer, yaitu mobile cloud computing.


Cloud Computing

Banyak pembaca menganggap cloud computing, atau sering disebut komputasi awan, sebagai sesuatu yang rumit, teknikal dan sejenisnya. Untuk mempermudah pemahaman, berikut dipaparkan konsep cloud computing dengan ilustrasi yang sangat sederhana.

Ketika tinggal di kampung yang tidak terjangkau jaringan PLN, kita harus memiliki mesin diesel atau pembangkit listrik jika menginginkan lampu penerangan. Artinya perlu investasi, pemeliharaan, perbaikan dan seterusnya.

Ketika jaringan PLN sudah tersedia, kita tinggal daftar, pilih daya yang dikehendaki dan bayar setiap bulan. Jika kekurangan daya, datang saja ke PLN dan minta tambahan daya, dengan konsekuensi bayar lebih mahal. Dengan menjadi pelanggan PLN, kita bisa menghidupkan lampu, televisi, setrika bahkan menjalankan berbagai mesin industri. Tidak perlu tahu bagaimana rumitnya PLN menyiapkan semua yang kita butuhkan.

Sebelum muncul cloud computing, kita harus membeli komputer atau server, storage, database, aplikasi dan seterusnya. Mungkin hal ini tidak merepotkan jika kebutuhan komputasi relatif sederhana. Namun ketika kebutuhannya semakin komplek, maka penyiapan perangkat dan sarana tersebut menjadi semakin rumit. Dengan cloud computing kita tidak perlu memikirkan semua perangkat dan sarana, karena kita bisa menyewa dari pihak lain. Cukup daftar dan bayar sesuai perjanjian.

Model cloud computing ada tiga macam sebagai berikut. Pertama, Software as a Service (SaaS). Yaitu Penggunaan aplikasi perangkat lunak untuk memproses data. Kedua, Platform as a Service (PaaS). Yaitu penggunaan platform untuk pengembangan aplikasi. Ketiga, Infrastructure as a Service (IaaS). Yaitu penggunaan infrastruktur untuk menjalankan perangkat lunak.


Mobile Cloud Computing

Secara sederhana mobile cloud computing dapat dipahami sebagai sebuah sistem cloud computing yang sarana akses utamanya menggunakan smartphone, tablet atau perangkat mobile lainnya. Apakah sama dengan mobile apps? Tidak. Mobile apps bisa disebut sebagai mobile cloud apps apabila sistem back-end memenuhi spesifikasi cloud computing seperti multi tenant, elastis, scalable, serta on demand.

Potensi mobile cloud sangat menggiurkan, setidaknya bisa di ukur dari pertumbuhan mobile apps. Menurut World Mobile Applications Market, pada tahun 2009 lalu jumlah mobile apps yang didownload mencapai 7 miliar, dengan nilai USD 3,9 miliar. Diperkirakan pada tahun 2015 bakal mencapai USD 24,4 miliar. Apple, Amazon dan Google merupakan pemain besar yang telah mendorong pertumbuhan mobile apps dan mobile cloud secara fantastis.

Mobile commerce diperkirakan bakal menjadi aplikasi mobile cloud paling populer. Pertumbuhan e-commerce yang luar biasa dipastikan menjadi modal bagi pertumbuhan mobile commerce dalam beberapa tahun mendatang. Selain mobile commerce, aplikasi mobile cloud yang diminati antara lain mobile learning, mobile healthcare dan mobile computing.


Mobile Cloud Indonesia

Pada acara 'Cloud Goes Mobile: Are You Ready' di Balai Kartini Jakarta (23/5/12), Direktur IT Solution & Strategic Portfolio PT Telkom Tbk, Indra Utoyo mengakui bahwa konsumsi teknologi dan aplikasi cloud computing nantinya akan lebih banyak diserap oleh pasar pengguna mobile melalui jaringan internet.  Sementara Director & Head of Engagement Practice Ericsson Indonesia, Rustam Effendie menambahkan "Peluang dari mobile cloud tidak hanya besar namun juga tak terbatas, sejalan dengan peningkatan kebutuhan akses internet setiap saat di manapun dan kapan pun,"

Potensi mobile cloud memang luar biasa, termasuk di Indonesia yang telah memiliki pengguna internet 55 juta pada akhir tahun lalu. Namun demikian pertumbuhan mobile cloud sangat bergantung kepada ekosistem yang bisa disediakan. Semua pihak yang terkait harus bekerja sama mendukung perkembangan ekosistem tersebut.

Board of Advisor Indonesia Cloud Forum, Mochamad James Falahuddin menulis pada salah satu media  (1/6/12) bahwa ekosistem yang dibutuhkan mobile cloud antara lain: infrastruktur cloud yang memadai, akses broadband untuk mobile internet, aplikasi mobile yang didukung oleh komunitas developer, ketersediaan perangkat mobile seperti smartphone dan sejenisnya,  business user dan consumer sebagai konsumen utama, dan terakhir adalah kehadiran payment system. Lebih lanjut dijelaskan bahwa mobile cloud juga membutuhkan sejumlah persyaratan antara lain: kolaborasi antar pemain yang tercermin dalam persaingan yang sehat, dukungan pemerintah dan kesesuaian model bisnis.

Meskipun mobile cloud merupakan barang baru di Indonesia, namun kita bersyukur semua pihak telah berkontribusi dan menunjukkan kerjasama yang solid. Kalangan industri cloud computing yang telah hadir sejak tahun lalu melalui Indonesian Cloud Forum (ICF), pada Mei lalu mempertegas eksistensinya dengan deklarasi pembentukan Asosiasi Forum Komputasi Awan Indonesia (AFKAI). Sedangkan komunitas independen cloud computing juga telah membentuk CloudIndonesia sejak April 2012 lalu dan aktif berkolaborasi melalui situs www.cloudindonesia.or.id.

Para vendor perangkat global juga telah merespon perkembangan mobile cloud indonesia. Erricson, Huawei, dan Qualcomm merupakan beberapa pemain yang sudah aktif ambil bagian. Sementara operator seluler bahkan sudah bergerak lebih cepat lagi.

Sejak awal 2011 Telkomsel telah merintis mobile cloud bersama dengan mitra strategis Google.Dirut Telkomsel, Sarwoto mengatakan “dengan adanya layanan Bussines Connect, Telkomsel telah merintis implementasi layanan cloud computing di Indonesia”. Pandangan senada disampaikan Managing Director Google, Asia Pasifik, Doug Fabe (15/1/11). Telkomsel mempertajam solusi mobil cloud dengan layanan mobile cloud accelerator (MCA) yang diluncurkan Februari 2012. MCA berupakan hasil kolaborasi Telkomsel dengan Ericsson.

Pada Juni lalu XL meluncurkan mobile cloud sebagai bagian dari solusi Xcloud. Xcloud merupakan kerjasama XL dengan OnMobile, Huawei dan Qualcomm. Xcloud menawarkan jasa back-up dan penyimpanan data untuk smartphone, tablet dan perangkat mobile lainnya. Jasa lain yang dijual Xcloud antara lain pelacakan (tracking), pengintaian bergerak (mobile surveilance), dan rumah pintar (smart home).

"Kami sudah mengarah ke mobile cloud. Sekarang data-data di ponsel itu penting sehingga perlu back up ke cloud. Mobile cloud sudah diuji coba dan siap diluncurkan," kata Fadzri Sentosa, Director & Chief Wholesale and Infrastructure Officer, PT Indosat Tbk (23/5/12). Lebih lanjut Fadzri mengatakan "Untuk cloud, kami punya solusi sendiri. Kami akan lebih fokus pada social networking dan mobile personal cloud."

Tidak hanya operator seluler, Telkom pun cukup agresif menangkap peluang mobile cloud. Bulan Maret lalu Telkom yang didukung penuh oleh anak perusahaan TelkomSigma, gencar mempromosikan peluncuran TelkomCloud.  TelkomCloud menawarkan solusi model IaaS dan SaaS, baik untuk UKM maupun korporasi besar. M-Force merupakan salah satu produk yang ditawarkan untuk solusi mobile cloud.

Nampak jelas bahwa industri telah melangkah sangat agresif terhadap perkembangan mobile cloud indonesia. Mobile cloud indonesia mulai bersinar. Bagaimana respon pemerintah dan pasar menyikapi sinar yang masih redup ini? Mungkinkah mobile cloud menjadi budaya baru pada 2013? Sebagai trend setter anda mungkin tidak sabar untuk mencobanya. Selamat mencoba budaya global baru, mobile cloud computing.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The 360 Leader - John C Maxwell

Hampir semua pemimpin memiliki pimpinan yang lebih tinggi. Bolehlah dibilang, tidak ada pemimpin yang tidak memiliki pemimpin diatasnya. Karenanya, buku The 360 Leader karangan John C. Maxwell ini sejatinya adalah untuk semua pemimpin, bukan hanya untuk para manajer yang selalu berada di bawah para pemilik perusahaan. Pun demikian, penjelasan buku ini memang lebih difokuskan kepada para manajer, senior manajer dan para pemimpin sejenis dalam perusahaan yang berada di bawah kepemimpinan orang-orang di atasnya. Buku setebal 400 halaman ini mengawali penjelasanya dengan 7 mitos tentang memimpin dari bagian tengah. Berikutnya menjelaskan tantangan yang dihadapi pemimpin 360 Derajat. Pada bagian ketiga dijelaskan bagaimana memimpin ke atas. Bagian keempat dan kelima menjelaskan praktik memimpin ke samping dan ke bawah. Pada bagian akhir dijelaskan nilai-nilai pemimpin 360 Derajat. Prinsip utama dari kepemimpinan 360 derajat adalah bahwa pemimpin bukanlah posisi, melainkan pe

WIMAX KANDIDAT JARINGAN 4G

Pada awal tahun 2000-an, bahkan sampai dengan saat ini kita sudah sangat familiar dengan teknologi Wi-Fi, diantaranya adalah wireless yang kita gunakan sehari-hari di Laptop. Teknologi Wi-Fi di Laptop ini merupakan implementasi dari standar IEEE 802.11x, yang sebenarnya telah mengalami perkembangan dari mulai 802.11a, 802.11b sampai 802.11g. Perkembangan tersebut menghasilkan kecepatan dan jangkauan yang lebih baik, spektrum frekuensi yang lebih efisien dan sebagainya. Teknologi Worldwide Interoperability for Microwave Access (Wimax) merupakan implementasi standar IEEE 802.16x, yang notabene adalah pengembangan dari teknologi Wi-FI dengan standar IEEE 802.11. Wimax dikembangkan oleh Wimax Forum yang dimotori lebih dari 400 vendor global seperti Intel, Siemens, ZTE, Nokia dan lainnya. Secara umum kita mengenal dua jenis Wimax, yaitu Wimax untuk jaringan tetap atau disebut Fixed Wimax, dan Wimax untuk jaringan bergerak atau sering disebut Mobile Wimax. Teknologi Fixed Wimax mampu menduk

Liburan Keluarga di Kuala Lumpur

Masjid Putra Kunjungan Kuala Lumpur kali ini merupakan yang ke sekian kalinya, tapi menjadi yang pertama kali untuk liburan keluarga. Liburan keluarga selalu mendapatkan pengalaman yang berbeda dibandingkan liburan bersama teman kantor, apalagi jika dibandingkan dengan perjalanan dinas. Seperti biasanya, kami memilih untuk ''berjalan sendiri", tanpa bantuan agen travel atau pun guide lokal. Otomatis, saya akan menjadi EO sekaligus guide-nya. Kami sudah pesan tiket jauh hari, agar keluarga merasa nyaman dan tentu saja agar harga tiket lebih miring. Kami mendapat tiket Malaysia Airline PP sekitar 1,7 juta rupiah, karena berdekatan dengan liburan Natal. Jika waktu kunjungan jauh dari liburan bersama, mungkin bisa mendapatkan tiket lebih hemat. Untuk akomodasi, kami pilih tengah kota, agar mudah jalan kaki kemana pun, dan tentu saja dekat dengan Petronas Twin Tower. Tidak usah kawatir harga mahal, buktinya saya mendapatkan hotel butik yang sangat nyaman, denga