Langsung ke konten utama

Korea Selatan Hari ke 3











Setelah sarapan di hotel rombongan melanjutkan perjalanan menuju Seoul. Seperti hari kedua, perjalanan ini cukup jauh memakan waktu sekitar 4 jam. Pemandangan Deagu - Seoul relatif sama dengan Mt Sorak - Deagu.



Tiba di Seoul sekitar jam 13.00 kami langsung mengunjungi toko Amethys, dilanjutkan ke toko gingseng dan Thefaceshop. Satu dua orang membeli barang di toko-toko ini, tapi kebanyakan cuma lihat-lihat saja, maklum karena harganya jutaan.



Dari Thefaceshop kami meneruskan perjalanan ke Istana Raja. Saya cukup surprise dengan istana ini, kenapa? Karena areanya yang cukup besar dan menyatu. Sejauh ini, saya belum melihat istana sebesar di Seoul, baik di Indonesia atau negara lain yang sudah saya kunjungi.



Destinasi berikutnya adalah pusat belanja. Selalu bisa ditebak, ditempat-tempat seperti inilah orang Indonesia selalu bergairah dan susah dicari. Beruntung saja, karena agenda berikutnya nonton Nanta Show yang tempatnya di tengah pusat belanja ini.



Pertunjukan Nanta Show merupakan atraksi atau theater dengan tema dunia kuliner atau masak memasak. Memang atraksi ini tidak sedahsyat Opera di Sydney, Tiger di Pattaya atau Window di Senzhen, namun saya cukup terkesan dengan keunikan dan kereografi yang mendekati sempurna, plus komedi interaktif. Pertunjukan dimulai pukul 20.00 dan berlangsung selama 90 menit. Tentu saja saya puas dengan atraksi ini dan silahkan anda nikmati jika anda sempat ke tempat ini.



Acara di Seoul sampai disini, karena waktu berikutnya check-in hotel dan freetime. Keesokan harinya kami siap-siap pulang menuju Jakarta dengan Garuda pukul 10.00.



Sampai di sini catatan jalan-jalan seminggu ke Korea Selatan. Banyak pengalaman yang terkesan dan menjadi proses pembelajaran, beberapa diantaranya telah saya dokumentasikan dalam tulisan: bangga menggunakan produk lokal, bisa maju dengan budaya sendiri dan negara broadband. Sampai di sini, wassalam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The 360 Leader - John C Maxwell

Hampir semua pemimpin memiliki pimpinan yang lebih tinggi. Bolehlah dibilang, tidak ada pemimpin yang tidak memiliki pemimpin diatasnya. Karenanya, buku The 360 Leader karangan John C. Maxwell ini sejatinya adalah untuk semua pemimpin, bukan hanya untuk para manajer yang selalu berada di bawah para pemilik perusahaan. Pun demikian, penjelasan buku ini memang lebih difokuskan kepada para manajer, senior manajer dan para pemimpin sejenis dalam perusahaan yang berada di bawah kepemimpinan orang-orang di atasnya. Buku setebal 400 halaman ini mengawali penjelasanya dengan 7 mitos tentang memimpin dari bagian tengah. Berikutnya menjelaskan tantangan yang dihadapi pemimpin 360 Derajat. Pada bagian ketiga dijelaskan bagaimana memimpin ke atas. Bagian keempat dan kelima menjelaskan praktik memimpin ke samping dan ke bawah. Pada bagian akhir dijelaskan nilai-nilai pemimpin 360 Derajat. Prinsip utama dari kepemimpinan 360 derajat adalah bahwa pemimpin bukanlah posisi, melainkan pe

WIMAX KANDIDAT JARINGAN 4G

Pada awal tahun 2000-an, bahkan sampai dengan saat ini kita sudah sangat familiar dengan teknologi Wi-Fi, diantaranya adalah wireless yang kita gunakan sehari-hari di Laptop. Teknologi Wi-Fi di Laptop ini merupakan implementasi dari standar IEEE 802.11x, yang sebenarnya telah mengalami perkembangan dari mulai 802.11a, 802.11b sampai 802.11g. Perkembangan tersebut menghasilkan kecepatan dan jangkauan yang lebih baik, spektrum frekuensi yang lebih efisien dan sebagainya. Teknologi Worldwide Interoperability for Microwave Access (Wimax) merupakan implementasi standar IEEE 802.16x, yang notabene adalah pengembangan dari teknologi Wi-FI dengan standar IEEE 802.11. Wimax dikembangkan oleh Wimax Forum yang dimotori lebih dari 400 vendor global seperti Intel, Siemens, ZTE, Nokia dan lainnya. Secara umum kita mengenal dua jenis Wimax, yaitu Wimax untuk jaringan tetap atau disebut Fixed Wimax, dan Wimax untuk jaringan bergerak atau sering disebut Mobile Wimax. Teknologi Fixed Wimax mampu menduk

Liburan Keluarga di Kuala Lumpur

Masjid Putra Kunjungan Kuala Lumpur kali ini merupakan yang ke sekian kalinya, tapi menjadi yang pertama kali untuk liburan keluarga. Liburan keluarga selalu mendapatkan pengalaman yang berbeda dibandingkan liburan bersama teman kantor, apalagi jika dibandingkan dengan perjalanan dinas. Seperti biasanya, kami memilih untuk ''berjalan sendiri", tanpa bantuan agen travel atau pun guide lokal. Otomatis, saya akan menjadi EO sekaligus guide-nya. Kami sudah pesan tiket jauh hari, agar keluarga merasa nyaman dan tentu saja agar harga tiket lebih miring. Kami mendapat tiket Malaysia Airline PP sekitar 1,7 juta rupiah, karena berdekatan dengan liburan Natal. Jika waktu kunjungan jauh dari liburan bersama, mungkin bisa mendapatkan tiket lebih hemat. Untuk akomodasi, kami pilih tengah kota, agar mudah jalan kaki kemana pun, dan tentu saja dekat dengan Petronas Twin Tower. Tidak usah kawatir harga mahal, buktinya saya mendapatkan hotel butik yang sangat nyaman, denga