Langsung ke konten utama

Pebisnis Seluler Terima Kado Lebaran

Konsumsi seluler yang naik tiga puluhan persen di musim lebaran menjadi kado yang selalu dinanti para pelaku bisnis di Indonesia. Tidak hanya operator yang menikmati rejeki tahunan tersebut, karena para dealer, grosir bahkan pengecer pulsa pun lebih bergairah menunggu tibanya berkah lebaran.

Omset operator seluler tahun ini diperkirakan mencapai 86 triliun rupiah, sedangkan impor ponsel menurut data Kemdag mencapai sekitar 21 triliun rupiah (1.14 miliar USD selama semester satu). Sehingga industri seluler tahun ini menyumbang perputaran rupiah berkisar 107 triliun. Jika dibagi rata, perputaran dalam sehari mencapai sekitar 300 miliar rupiah.

Khusus pada 10 hari lebaran, yaitu H-7 sampai H+3, omset tersebut meningkat sampai berkisar tiga puluhan persen, atau 390 miliar rupiah sehari. Kenaikan omset dinikmati oleh hampir seluruh pelaku industri ini, dari mulai operator, prinsipal gadget, dealer, grosir sampai pengecer pulsa di pinggiran jalan. Kenaikan omset tiap kelompok pebisnis ini tentunya berbeda, kenaikan tertinggi pada umumnya dinikmati oleh para pengecer pulsa, khususnya para pengecer yang buka toko pada hari H sampai H+2.

“Vocer Mentari 10 biasanya saya jual 11 ribu, tapi khusus lebaran saya jual 12, pas hari lebaran bisa saya jual 13 atau 14 ribu. Pelanggan saya maklum kok, jadi sama-sama enak”, demikian komentar seorang pengecer pulsa di wilayah Kalimalang Bekasi. Tidak hanya harga jual yang mereka naikkan, mereka juga menikmati kedatangan tamu yang lebih banyak. “Di hari-hari lebaran saya bisa dapet 2 sampai 3 juta sehari, kalo di hari biasa paling-paling hanya 1 sampai 1.5 juta”. Demikian cerita seorang pengecer pulsa di wilayah Pondok Gede dengan penuh semangat. Tidak semua pengecer pulsa menikmati rejeki nomplok lebaran, karena hanya mereka yang mau menanggung resiko saja yang kebagian. Tentang resiko, pengecer pulsa tersebut melanjutkan ceritanya “kalo mau lebaran, saya suka gadai motor mas, buat tambah modal. Setelah sholat id, saya hanya ke rumah bapak ibu, kemudian langsung buka toko sampai malam. Setelah H+7, toko-toko sudah pada buka semua, jadi motor bisa saya ambil lagi di pegadaian”.

Serupa dengan para pengecer pulsa, para dealer dan grosir pun menikmati rejeki nomplok. Bedanya, kalau pengecer terima keuntungan maksimal di hari H, dealer dan grosir biasanya menikmati keuntungan mulai H-7, sementara pada hari H umumnya dealer dan grosir tutup, tidak menjual barang kepada para pengecer. Biasanya pada minggu kedua sebelum lebaran, operator memberi alokasi vocer dan pulsa kepada dealer pada jumlah yang cukup besar, karena pada minggu kesatu sebelum dan sesudah lebaran tidak ada alokasi. Nah, pada minggu-minggu inilah para dealer dan grosir memainkan harga pasar untuk mengeruk untung. Sebagai contoh, vocer Flexi 10 yang biasanya dilempar dealer di harga sekitar 9.800, dimusim lebaran mereka kadang lempar harga kepada pengecer sampai 10.500 perak.

Jika para dealer, grosir dan pengecer meraup untung dari dua sisi, yaitu kenaikan jumlah permintaan dan harga jual yang lebih tinggi, lain halnya dengan operator, mereka meraup keuntungan hanya dari kenaikan jumlah permintaan. Tentu saja operator tidak berani menaikan harga, justru mereka suka banting-bantingan harga. Berikut data kenaikan trafik beberapa operator sebagaimana dimuat DetikInet dan Bisnis.Com. Telkomsel, operator seluler terbesar dengan pelanggan 92 juta, mengumumkan bahwa pada H+2 (12/9/10) trafik voice justru turun menjadi 832 juta menit, atau sebesar 6 % di bawah hari normal yang mencapai 884 juta menit. Sementara trafik SMS mencapai 809 juta, atau naik 11 % dari hari biasa yang mencapai 727 juta SMS. Sedangkan trafik data naik signifikan, yaitu sebesar 26 % menjadi 41 terabyte dari hari biasa yang hanya 32 terabyte.

Indosat, operator seluler dengan pelanggan 37.8 juta, mencatat kenaikan trafik SMS sebesar 36.26 % atau 511 juta SMS di banding jumlah SMS pada hari normal. Sementara itu, trafik voice pada saat puncak lebaran naik 38.81 %, atau 359 juta menit dibandingkan trafik pada hari normal.

XL, operator seluler ketiga dengan jumlah pelanggan 35.2 juta, menyatakan bahwa lonjakan trafik voice tertinggi terjadi pada hari H yang mencapai 670 juta menit atau naik 31.4 % dari hari normal. Sedangkan lonjakan trafik SMS dan data terjadi pada H-1, dengan jumlah SMS sebanyak 645 juta SMS atau naik 37.2 % dari hari normal, dan jumlah data sebesar 11.5 terabyte atau naik 33.7 % dari hari normal.

Flexi, operator CDMA terbesar, mengumumkan lonjakan trafik voice terjadi pada H-1, yaitu 28.5 juta panggilan atau naik 12 % dari hari normal. Untuk SMS, lonjakan trafik terjadi pada hari H, yaitu 81.5 juta SMS atau 49 % dari hari normal. Sedangkan untuk data, lonjakan terjadi pada H-1, yaitu 400 ribu session atau 18 % dari hari normal.

Tidak semua operator seluler gembira menyambut hari lebaran, terutama operator yang belum berpengalaman. Paling tidak operator harus menyiapkan tiga hal sulit agar dapat menikmati lonjakan trafik. Pertama, mengenali lokasi-lokasi kritis, yaitu lokasi dengan lonjakan trafik tinggi di musim lebaran. Pada hari lebaran, kota-kota kecil di Jawa yang semula punya pola trafik rendah, bisa saja mengalami lanjokan fantastis. Beberapa kota kecil di area Indonesia Timur juga bisa mengalami lonjakan serupa. Jalur pantura perlu mendapat perhatian yang serius. Sebaliknya kota besar akan kehilangan trafik yang signifikan.

Kedua, menyiapkan kapasitas jaringan paling tidak 30 % di atas kapasitas hari normal, khususnya di lokasi kritis. Penyiapan kapasitas ekstra merupakan upaya sulit, paling tidak karena tiga hal, yaitu: operator perlu menyediakan tambahan investasi untuk jaringan; penambahan jaringan tersebut bersifat sementara; penempatan jaringan harus tepat, sesuai dengan lokasi-lokasi yang berpotensi mengalami lonjakan trafik.

Ketiga, menyiapkan distribusi pulsa yang sesuai dengan permintaan pasar untuk kurun waktu paling tidak dua minggu sebelum dan sesudah lebaran. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya kelangkaan pulsa sekaligus sebagai antisipasi kemungkinan melambungnya harga pulsa di tingkat eceran, sehingga tidak terjangkau pelanggan. Penyiapan pulsa untuk kurun waktu yang panjang tidaklah mudah, mengingat pada hari normal operator mengalokasikan pulsa untuk waktu hanya seminggu, atau lebih pendek lagi.

Secara singkat dapat dimengerti, bahwa lebaran merupakan momen yang menggembirakan bagi para pelaku bisnis seluler. Namun demikian momen ini hanya dapat dinikmati oleh mereka yang mampu melakukan persiapan yang memadai. Persiapan yang penting antara lain: Pertama, pemahaman yang mendalam mengenai pola konsumsi pelanggan di musim lebaran; Kedua, penyediaan anggaran atau modal yang lebih besar dari hari normal. Tanpa penyiapan dua hal tersebut, dipastikan sulit bagi pelaku bisnis seluler meraup untung di musim lebaran.

Akhirnya, bagi pelaku bisnis seluler yang belum menikmati untung di musim lebaran tahun ini, ada baiknya memperhatikan tip di atas untuk menyongsong musim lebaran tahun depan, 1432 H. Selamat, semoga anda beruntung.(myusuf298)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The 360 Leader - John C Maxwell

Hampir semua pemimpin memiliki pimpinan yang lebih tinggi. Bolehlah dibilang, tidak ada pemimpin yang tidak memiliki pemimpin diatasnya. Karenanya, buku The 360 Leader karangan John C. Maxwell ini sejatinya adalah untuk semua pemimpin, bukan hanya untuk para manajer yang selalu berada di bawah para pemilik perusahaan. Pun demikian, penjelasan buku ini memang lebih difokuskan kepada para manajer, senior manajer dan para pemimpin sejenis dalam perusahaan yang berada di bawah kepemimpinan orang-orang di atasnya. Buku setebal 400 halaman ini mengawali penjelasanya dengan 7 mitos tentang memimpin dari bagian tengah. Berikutnya menjelaskan tantangan yang dihadapi pemimpin 360 Derajat. Pada bagian ketiga dijelaskan bagaimana memimpin ke atas. Bagian keempat dan kelima menjelaskan praktik memimpin ke samping dan ke bawah. Pada bagian akhir dijelaskan nilai-nilai pemimpin 360 Derajat. Prinsip utama dari kepemimpinan 360 derajat adalah bahwa pemimpin bukanlah posisi, melainkan pe

WIMAX KANDIDAT JARINGAN 4G

Pada awal tahun 2000-an, bahkan sampai dengan saat ini kita sudah sangat familiar dengan teknologi Wi-Fi, diantaranya adalah wireless yang kita gunakan sehari-hari di Laptop. Teknologi Wi-Fi di Laptop ini merupakan implementasi dari standar IEEE 802.11x, yang sebenarnya telah mengalami perkembangan dari mulai 802.11a, 802.11b sampai 802.11g. Perkembangan tersebut menghasilkan kecepatan dan jangkauan yang lebih baik, spektrum frekuensi yang lebih efisien dan sebagainya. Teknologi Worldwide Interoperability for Microwave Access (Wimax) merupakan implementasi standar IEEE 802.16x, yang notabene adalah pengembangan dari teknologi Wi-FI dengan standar IEEE 802.11. Wimax dikembangkan oleh Wimax Forum yang dimotori lebih dari 400 vendor global seperti Intel, Siemens, ZTE, Nokia dan lainnya. Secara umum kita mengenal dua jenis Wimax, yaitu Wimax untuk jaringan tetap atau disebut Fixed Wimax, dan Wimax untuk jaringan bergerak atau sering disebut Mobile Wimax. Teknologi Fixed Wimax mampu menduk

Liburan Keluarga di Kuala Lumpur

Masjid Putra Kunjungan Kuala Lumpur kali ini merupakan yang ke sekian kalinya, tapi menjadi yang pertama kali untuk liburan keluarga. Liburan keluarga selalu mendapatkan pengalaman yang berbeda dibandingkan liburan bersama teman kantor, apalagi jika dibandingkan dengan perjalanan dinas. Seperti biasanya, kami memilih untuk ''berjalan sendiri", tanpa bantuan agen travel atau pun guide lokal. Otomatis, saya akan menjadi EO sekaligus guide-nya. Kami sudah pesan tiket jauh hari, agar keluarga merasa nyaman dan tentu saja agar harga tiket lebih miring. Kami mendapat tiket Malaysia Airline PP sekitar 1,7 juta rupiah, karena berdekatan dengan liburan Natal. Jika waktu kunjungan jauh dari liburan bersama, mungkin bisa mendapatkan tiket lebih hemat. Untuk akomodasi, kami pilih tengah kota, agar mudah jalan kaki kemana pun, dan tentu saja dekat dengan Petronas Twin Tower. Tidak usah kawatir harga mahal, buktinya saya mendapatkan hotel butik yang sangat nyaman, denga