Langsung ke konten utama

Akhirnya SmartFren Menjadi Pioner


Seperti telah dipredisikan oleh banyak pengamat, akhirnya proses konsolidasi antar operator seluler terjadi, dan SmartFren boleh jadi menjadi pioner. Konsolidasi antar operator seluler di Indonesia merupakan keniscayaan, yang dipastikan akan terjadi.


Banyak hal yang mendorong proses konsolidasi, diantaranya sebagai berikut. Pertama, jumlah operator seluler di Indonesia terlalu banyak. Indonesia telah digarap oleh 11 operator seluler, suatu jumlah yang sangat besar dibandingkan dengan kondisi di negara lain. Sebagai perbandingan, Thailand, dan India punya 5, Australia dan Filiphina punya 4, Malaysia, Korea dan Cina hanya 3 operator. Pada November 2009 yang lalu, Dirjen Postel menyatakan bahwa tidak mungkin pihaknya mencabuti operator yang telah exist, oleh karenanya proses konsolidasi akan diserahkan kepada mekanisme pasar. Kedua, tarif terlalu rendah. Persaingan yang maha dahsyat telah terjadi di Indonesia. Salah satu dampak yang langsung dirasakan adalah tarif telepon yang jatuh bebas. Tarif telepon di Indonesia kini telah menjadi salah satu tarif termurah di Asia, relatif sama dengan Hongkong yang berkisar USD 1.8 per menit. Ketua Komite Tetap Telekomunikasi Kamar Dagang dan Industri Indonesia Johnny Swandy Sjam pada Seminar ‘Evaluasi Satu Tahun Beleid' menyampaikan perbandingan tarif beberapa negara di Asia, di India berkisar USD2 USD, Thailand USD5, Malaysia USD5, sedangkan Korea berkisar USD8. Tarif murah ini tentunya kurang masuk akal bagi Indonesia, yang saat ini masih dikenal sebagai salah satu negara dengan biaya ekonomi tinggi. Tentu saja tarif murah menguntungkan pelanggan, namun sebaliknya tarif murah telah mengakibatkan kesehatan operator pada kondisi memprihatinkan. Oleh karenanya, wajar jika saat ini banyak operator yang belum menikmati keuntungan memadai. Ketiga, market-leader telah menguasai market-share secara mutlak. Dengan jumlah pelanggan lebih dari 82 juta, Telkomsel telah menguasai pasar seluler secara mutlak, lebih dari 50%. Jika ditambah dengan Indosat dan XL Axiata, market-share tiga operator ini telah mencapai sekitar 85%. Dengan kondisi demikian, tentunya efisiensi usaha menjadi milik market-leader, sedangkan operator kecil yang tidak memperoleh skala ekonomi yang memadai menjadi cukup payah.


Saat ini Fren memiliki sekitar 1.700 BTS (Base Transceiver Station) dan Smart 2.000 BTS. Fren punya pelanggan 3.5 juta dan Smart punya 2.5 juta. Dengan proses konsolidasi ini, berarti SmartFren mengelola sekitar 6 juta pelanggan yang didukung oleh sekitar 3.700 BTS. Fren membawa modal frekuensi di 800 MHz dengan 4 kanal, sementara Smart bermodal frekuensi 1900 MHz dengan 5 kanal.


Aksi Smart dan Mobile-8 ini merupakan langkah yang sangat baik. Seperti pernyataan mereka, langkah ini bukanlah merger atau akuisisi, sehingga dapat kita katakan langkah mereka adalah sinergi sumber daya. Langkah sinergi merupakan pilihan yang sangat tepat, dibandingkan merger atau akuisisi. Pasalnya, proses merger akuisisi pasti membutuhkan waktu yang cukup lama, sedangkan pergerakan industri seluler saat ini sangat cepat. Jika mereka memikirkan langkah merger akuisisi, dikawatirkan keputusan datang pada waktu yang tidak tepat lagi, karena lansekap kompetisi telah berubah. Langkah sinergi ini dapat juga merupakan tahapan uji coba, mengingat Smart dan Mobile-8 adalah pioner proses konsolidasi seluler. Jika sinergi tersebut sukses, tentunya mereka punya opsi untuk melanjutkan proses merger akuisisi, dan sebaliknya jika gagal mereka dapat mengambil langkah berbeda.


Sinergi Smart dan Mobile-8 juga pilihan yang cukup ideal. Fren dengan modal frekuensi 800 dapat lebih fokus untuk layanan suara, sedangkan Smart yang memiliki frekuensi 1900 sangat fit dengan layanan data EVDO 3.5G. Sehingga kombinasi keduanya akan mampu menjaga kekuatan bisnis legacy, yaitu suara, namun tetap progresif menggarap bisnis yang saat ini sedang berkembang pesat, yaitu mobil-internet. Dengan kepemilikan 9 kanal tersebut, SmartFren juga lebih leluasa untuk terus menggenjot penambahan pelanggan baru.


Mampukan SmartFren berkembang melesat?. SmartFren berharap dalam waktu dekat bisa meraih 10 juta pelanggan. Semudah itukah? Kita lihat saja nanti. Dengan 3.700 BTS, tentu mereka harus terus ekspansi, pasalnya jumlah tersebut relatif kecil dibandingkan industri yang saat ini memiliki sekitar 44.000 BTS. Bahkan posisi mereka jauh di bawah Tri yang saat ini telah mengelola sekitar 7.600 BTS. Jumlah pelanggan baru tahun ini diestimasikan maksimal 35 juta pelanggan. Seperti biasanya Telkomsel selalu mengambil porsi terbesar, disusul Indosat dan XL Axiata. Dengan asumsi tiga operator tersebut akan meraih 70-85%, berarti 15-30% sisanya, atau 5.25-10.5 juta, akan diperebutkan oleh Flexi, Esia, Tri, Axis, Ceria, dan tentunya SmartFren. Hal lain adalah, bahwa tahun ini merupakan tahun dimulainya kompetisi ketat dalam bisnis mobile-internet dan konten. Untuk menang dalam bisnis baru ini, operator mutlak membutuhkan kecepatan inovasi dan kekuatan investasi. Telkomsel telah mengumumkan belanja tahun 2010 sekitar 13 triliun, sementara XL Axiata sekitar 4.275 triliun.


Dari pemetaan kompetisi tersebut, nampaknya tidak mudah bagi SmartFren untuk tumbuh melesat, jika tidak ada tambahan belanja yang signifikan untuk investasi di tahun ini. Tentu menjadi langkah yang sangat strategis, jika SmartFren melanjutkan sinerginya dengan mengajak operator lain untuk bergabung dalam koalisi. Axis dan Ceria merupakan pilihan menarik untuk mereka pertimbangkan masuk dalam 'koalisi pelangi'. Jika ini terjadi, dipastikan hal tersebut sangat positif bagi peningkatan performansi kubu koalisi, sekaligus menyehatkan kompetisi industri seluler di Indonesia, yang tentunya menjadi harapan kita semua. Semoga SmartFren yang telah menjadi pioner pada proses konsolidasi ini meraih sukses di tahun-tahun mendatang.

Komentar

  1. Good news: smartfren now on growth progress and more healthy
    Bad news: BHP billing

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

The 360 Leader - John C Maxwell

Hampir semua pemimpin memiliki pimpinan yang lebih tinggi. Bolehlah dibilang, tidak ada pemimpin yang tidak memiliki pemimpin diatasnya. Karenanya, buku The 360 Leader karangan John C. Maxwell ini sejatinya adalah untuk semua pemimpin, bukan hanya untuk para manajer yang selalu berada di bawah para pemilik perusahaan. Pun demikian, penjelasan buku ini memang lebih difokuskan kepada para manajer, senior manajer dan para pemimpin sejenis dalam perusahaan yang berada di bawah kepemimpinan orang-orang di atasnya. Buku setebal 400 halaman ini mengawali penjelasanya dengan 7 mitos tentang memimpin dari bagian tengah. Berikutnya menjelaskan tantangan yang dihadapi pemimpin 360 Derajat. Pada bagian ketiga dijelaskan bagaimana memimpin ke atas. Bagian keempat dan kelima menjelaskan praktik memimpin ke samping dan ke bawah. Pada bagian akhir dijelaskan nilai-nilai pemimpin 360 Derajat. Prinsip utama dari kepemimpinan 360 derajat adalah bahwa pemimpin bukanlah posisi, melainkan pe

WIMAX KANDIDAT JARINGAN 4G

Pada awal tahun 2000-an, bahkan sampai dengan saat ini kita sudah sangat familiar dengan teknologi Wi-Fi, diantaranya adalah wireless yang kita gunakan sehari-hari di Laptop. Teknologi Wi-Fi di Laptop ini merupakan implementasi dari standar IEEE 802.11x, yang sebenarnya telah mengalami perkembangan dari mulai 802.11a, 802.11b sampai 802.11g. Perkembangan tersebut menghasilkan kecepatan dan jangkauan yang lebih baik, spektrum frekuensi yang lebih efisien dan sebagainya. Teknologi Worldwide Interoperability for Microwave Access (Wimax) merupakan implementasi standar IEEE 802.16x, yang notabene adalah pengembangan dari teknologi Wi-FI dengan standar IEEE 802.11. Wimax dikembangkan oleh Wimax Forum yang dimotori lebih dari 400 vendor global seperti Intel, Siemens, ZTE, Nokia dan lainnya. Secara umum kita mengenal dua jenis Wimax, yaitu Wimax untuk jaringan tetap atau disebut Fixed Wimax, dan Wimax untuk jaringan bergerak atau sering disebut Mobile Wimax. Teknologi Fixed Wimax mampu menduk

Liburan Keluarga di Kuala Lumpur

Masjid Putra Kunjungan Kuala Lumpur kali ini merupakan yang ke sekian kalinya, tapi menjadi yang pertama kali untuk liburan keluarga. Liburan keluarga selalu mendapatkan pengalaman yang berbeda dibandingkan liburan bersama teman kantor, apalagi jika dibandingkan dengan perjalanan dinas. Seperti biasanya, kami memilih untuk ''berjalan sendiri", tanpa bantuan agen travel atau pun guide lokal. Otomatis, saya akan menjadi EO sekaligus guide-nya. Kami sudah pesan tiket jauh hari, agar keluarga merasa nyaman dan tentu saja agar harga tiket lebih miring. Kami mendapat tiket Malaysia Airline PP sekitar 1,7 juta rupiah, karena berdekatan dengan liburan Natal. Jika waktu kunjungan jauh dari liburan bersama, mungkin bisa mendapatkan tiket lebih hemat. Untuk akomodasi, kami pilih tengah kota, agar mudah jalan kaki kemana pun, dan tentu saja dekat dengan Petronas Twin Tower. Tidak usah kawatir harga mahal, buktinya saya mendapatkan hotel butik yang sangat nyaman, denga